Menurutnya, persaingan makin ketat dengan makin banyaknya usaha sejenis. Selain itu, Apong menduga, anjloknya omzet usaha sedikir banyak terpengaruh oleh penurunan daya beli masyarakat pada umumnya.
Saya pikir, keadaan yang dialami Apong dan Ebed bersifat kasuistik. Terbatas pada usaha mereka. Namun, gagasan bahwa penurunan usaha mereka telah terpengaruh oleh ekonomi umum menarik perhatian saya.
Apakah memang demikian?
Kompas edisi September 2024 mengatakan, dampak melemahnya daya beli mengalir sampai jauh (petikan lagu "Bengawan Solo"). Selanjutnya, disebut telah terjadi deflasi (keadaan turunnya harga barang/jasa dalam periode terbatas), di bulan Mei, Juni, dan Juli 2024. Boleh jadi terjadi lantaran pasokan barang melebihi permintaan, juga akibat menurunnya daya beli (sumber).
Dikatakan bahwa gejala penurunan daya beli tersebut diikuti penyusutan kemampuan masyarakat untuk menabung. Selanjutnya, daya beli menurun berdampak kepada degradasi permintaan atas produk dan jasa manufaktur dalam negeri.
Melemahnya daya beli masyarakat merembet ke berbagai sektor, begitu pemaknaan saya terhadap bacaan tersebut.
Apong, Ebed, dan pengusaha skala kecil lainnya tidak bisa mengubah atau mengeluhkan keadaan. Barangkali secara individual mereka senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan ekonomi. Tidak berpangku tangan, apalagi berkeluh kesah.
Ebed sudah beranjak demi menawar-nawarkan barang dagangan ke toko-toko kelontong. Saya bertanya, cara menyikapi penurunan usaha kepada Apong, yang kemudian menerangkan cara-cara sederhana sebagai berikut:
- Berdoa memohon kemudahan dalam mengejar rezeki.
- Mengurangi pembelian barang konsumtif, baik perolehan dengan tunai maupun kredit.
- Berutang hanya untuk keperluan produktif, semisal menegosiasikan pembayaran secara tempo ke toko kertas dan sebagainya.
- Bekerja seperti biasa, yaitu tepat waktu men-deliver barang pesanan, tanpa mengurangi kualitas yang disyaratkan dalam kontrak kerja.
- Meluaskan pemasaran jasa ke perusahan-perusahaan swasta, perorarangan, dan lainnya, seraya tetap menjalin hubungan baik dengan pelanggan yang ada.
- Selalu optimis demi kelanjutan usaha, membayar pegawai, dan menghidupi keluarga.
Demikian cara-cara Apong menyikapi penurunan omzet usaha yang terjadi belakangan ini. Uraian sederhana tanpa muatan teori pating njelimet.
Semoga gagasan dan pengalaman pengusaha kecil tersebut bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
***