Satu hari pertama pada tahun yang baru tampak berbeda ketimbang hari-hari sebelumnya, bahkan dengan hari-hari berikutnya. Demikian sangat berbeda.
Jalan kaki menyusuri trotoar adalah menemui sepi. Tidak menjumpai satu pun sesama pejalan kaki. Jalanan juga tampak lengang, yang biasanya riuh dengan hilir mudik beragam kendaraan bermotor, sepeda, becak es krim, gerobak sayur, dan lainnya.
Pagi tanggal satu itu burung-burung mengekspresikan kicauan tanpa bersaing dengan suara bising knalpot.
Udara terasa segar mengalir bebas, masuk melalui saluran pernapasan tanpa ditunggangi polusi. Kesempatan bagus menyedot oksigen gratis, lalu mengembuskan karbondioksida yang lalu ditangkap dedaunan memayungi jalan.
Saya berjalan perlahan menikmati suasana damai dan hening pada pagi bercuaca cerah. Kesempatan yang hanya ada sekali dalam setahun, saya yakin.
Apakah itu yang disebut sebagai hidup lambat? Slow living?
Dikatakan bahwa slow living merupakan hidup damai dengan sedikit ketergesaan. Gambarannya, bangun pagi, memandang pegunungan, seruput kopi hangat, sarapan tanpa tergesa. Slow living juga terkait dengan kegiatan bertani, berkebun, dan berniaga di perdesaan (sumber).
Maka, Sebagian orang membidik sejumlah wilayah sebagai tempat hidup santai dan bermakna, karena memiliki suasana tenang, sejuk, nyaman, dan pastinya warga umumnya tidak tergesa-gesa.
Slow living. Hidup lebih lambat adalah gaya hidup memperlambat irama kehidupan yang semula serba cepat. Titik perhatiannya pada kesahajaan dan penikmatan terhadap waktu. Tidak sibuk berlebihan.
Ada saatnya kesibukan demikian mengatur saya, sehingga waktu 24 jam sehari terasa sangat tidak cukup.