Isi artikel adalah hal-hal saya tahu, suka, rasakan, dan amati. Menulis berdasarkan pengetahuan dimiliki, pengalaman,dan pengamatan. Tidak rumit bagi saya. Tidak meruwetkan pembaca, semoga.
Satu ketika membuat artikel di luar jangkauan pemahaman. Hasilnya, tulisan terasa garing dan kurang enak dibaca, selain membuat mesin di kepala overheating karena banyak melakukan riset mendalam.
Berikutnya, saya lebih suka membuat artikel dengan bahasa sederhana, mudah dipahami, dan --kalau bisa-- memberikan nilai tambah kepada banyak orang.
Terus-menerus Belajar
Sempat tiru-tiru gaya bertutur penulis lain. Lama-lama muncul rasa tidak nyaman dalam diri. Maka saya kontinu belajar membuat karya tulis gaya sendiri yang sekiranya layak dikonsumsi publik.
Meskipun belum mampu menayangkan artikel setiap hari (kecuali di bulan Ramadan), saya berusaha menghasilkan setidaknya lima belas artikel per bulan.
Tentu untuk mencapainya saya harus banyak membaca berita, buku, hingga cerita fiksi. Membantu memahami sesuatu dan membiasakan berpikir tentang menuangkan gagasan. Syukurlah, perlahan kualitas karya tulis mengalami perkembangan bagus. Kata saya lho.
Begitu kurang lebihnya.
O ya, satu lagi. Sebisa mungkin mengunjungi artikel Kompasianer lainnya, untuk memberi vote dan komentar. Meskipun tidak semua sempat disamperi, paling tidak berikan penilaian/tanggapan, untuk artikel teman yang terlihat di linimasa.
Bisa jadi sebab rajin berkunjung, teman-teman di Kompasiana mencalonkan saya dalam Kompasiana Awards 2024. Melalui proses voting dan penjurian, panitia memutuskan bahwa saya menerima Best in Citizen Journalism. Naik panggung lagi usai mewakili Itha Abimanyu sebagai Best in Fiction.
Tidak hanya itu. Sekali lagi saya menaiki panggung untuk menerima penghargaan People Choice. Dua penghargaan membuat saya kesulitan mengendalikan rasa haru yang tiba-tiba menyeruak.Â