Alasan berikutnya, saya mewakili satu Kompasianer untuk mengambil merchandise yang telah dibeli. Juga mewakili empat nominee bila dipanggil ke panggung. Kalo gak dateng, pegimane?
Tiba di Commune Space - Chillax Sudirman, Jakarta, saya tidak bisa menunjukkan barcode yang telah dikirim oleh Kompasiana. Tiap buka email, aplikasi itu keluar sendiri. Bisa masuk, karena petugas pendaftaran sangat membantu dengan menanyakan alamat surel.
Di dalam terlihat para peserta duduk di lantai sambil menyimak acara. Saya menghampiri, menyapa, berkenalan, dan berbincang.
Beberapa Kompasianer ditemui: Posma Siahaan, Mbak Novia, Mbak Denik, Bu Ery Siahaan, Mbak Tutut, Mbak Dina, Bang Edward Horas, Mbak Ari Budiyanti, Mbak Langit Queen (Kompasianer lawas), Pak Merza, Pak Andriyanto, Mas Billy, Mas Taufik, Mas Jandris, Mas Akbar Pitopang, Kang Inayat, Pak Sutiono, Pak Jujun, "Agan" Andri, Mas Yon Bayu, Ayah Tuah, Mbak Siska Fajaranny, dan banyak lagi.
Saya duduk di kursi di sekitar meja eks acara clinic pagi sebelumnya, sambil menikmati acara demi acara. Di antaranya, saya lebih banyak berbincang dengan sesama Kompasianer. Seru banget!
Keseruan yang nganenin. Bikin saya ingin bisa menghadiri tiap acara Kompasianival, bila diberi kesempatan dan kesehatan.
Selama mengobrol, tidak sedikit Kompasianer bertanya perihal kegiatan saya dalam menulis di Kompasiana.
Cara Menulis
Lantaran kaku menggunakan pena, saya lebih sering mengetuk papan kunci di layar telepon pintar dengan jempol kiri. Kemudian rancangan dipindahkan ke laptop untuk penyuntingan hingga penayangan.
Berhubung hape sering ngambek, saya sekarang langsung menuangkan gagasan di laptop.