Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyakit Berbahaya sebab Jabat Tangan

19 Oktober 2024   07:08 Diperbarui: 19 Oktober 2024   07:18 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyakit berbahaya sebab jabat tangan, Gambar oleh OpenClipart-Vectors dari Pixabay

Warga global gempar, mendengar kabar telah terjadi wabah mengerikan di Negeri Selatan. Penyakit berbahaya sebab jabat tangan.

Para pemimpin dunia berikut ahli terus menerus memantau situasi dan menghawatirkan adanya peningkatan sebaran wabah. Oleh karena itu, pergerakan manusia dari dan ke Negeri Selatan amatlah dibatasi.

Demikian, sebab penularan berlangsung dalam waktu singkat. Sangat cepat sehingga sedikit sentuhan antar tangan dua manusia berbeda, yaitu antara penderita dengan manusia sehat, dapat memindahkan penyakit yang belum ada obatnya.

Hanya dengan jabat tangan! Ya, dengan jabat tangan saja dengan orang berbeda, maka penderita sudah menularkan penyakit berbahaya.

Sebenarnya, ada cara-cara yang terbukti dapat mencegah dan memusnahkannya, mengingat satu ketika penyakit tersebut pernah melanda tiap-tiap negara. Para pemimpin beserta rakyat negara selain Negeri Selatan bersatu-padu dengan segala cara demi memunahkan penyakit berbahaya.

Pemimpin suatu negara tertentu yang tak perlu disebutkan namanya berlaku tegas tanpa pandang bulu. 

Jika terjangkiti, penderita akan terkapar sebab nyawa mereka dipindah ke alam kekal, dengan cara digantung hingga ditembak oleh satu regu pasukan bersenjata laras panjang.

Siapa pun yang tertular penyakit berbahaya itu pasti dibabat habis dan keluarganya dikucilkan.

Negara berbeda membentuk lembaga khusus penanganan yang langsung bertanggung jawab kepada kepala negara setempat.

Anggota-anggota lembaga istimewa ini sangat berintegritas, yang bahkan tidak akan meminum kopi traktiran pihak mana pun. Tidak akan mau menemui orang diduga tertular penyakit berbahaya, sekalipun dengan iming-iming telepon genggam mahal maupun Rolls-Royce.

Sikap tegas senantiasa memancarkan kejujuran serta wibawa, yang kemudian menghapus penyakit berbahaya dari negara maju tersebut.

Di negara lain lagi, pemimpin dan semua pihak berkepentingan mencangkokkan antibodi penahan penyakit berbahaya pada jiwa generasi muda, malahan sejak mereka masih merangkak.

Daya tahan yang ditanamkan pada akhirnya berhasil menghindarkan negara dari serangan penyakit berbahaya.

Pemimpin Negeri Selatan, yang senantiasa menceritakan kepada rakyatnya bahwa mereka sebentar lagi akan menjadi negara maju --meski tak satu jua ukuran-ukuran internasional dapat mendukung, sedang galau.

Kepala Negara gundah gulana, tak lain dan tak bukan sebab wabah melanda wilayahnya tanpa terkecuali. Sebagian besar elemen rakyat tanpa ampun sudah terjangkit penyakit berbahaya.

Penyakit berbahaya menyerang dengan tidak melihat kedudukan. Dari anak remaja, anak kuliahan, pegawai rendahan, karyawan tinggian, tukang ketik di pemerintah daerah, pejabat penandatanganan kontrak, pejabat pengadaan, panitia lelang, bupati, wali kota, gubernur, pemeriksa keuangan negara, inspektorat jenderal, direktur jenderal, menteri, bahkan hingga menimpa petinggi yang berkedudukan sebagai ketua pencegahan penyakit.

Ya. Demikian seriusnya gelombang wabah menghantam Negeri Selatan, maka Kepala Negara meniru kerajaan sebelah membentuk lembaga khusus penanggulangan. Namanya, Badan Pemberantasan Penyakit Berbahaya disingkat BPPB.

BPPB setingkat kementerian, jadi ketuanya bertanggung jawab langsung kepada dan mendapatkan perintah dari Kepala Negara.

Namun ada kekeliruan kecil yang diperbuat Ketua BPPB dan berakibat fatal. Ia bermain tenis melawan pejabat publik yang diduga tertular penyakit berbahaya. Usai bermain, mereka berjabat tangan dan saling memuji kehebatan lawan.

Maka, tak butuh lama tersiar kabar bahwa Ketua BPPB terkena penyakit berbahaya. Dan ia tidak sendirian, penyakit meluas ke sebagian anak buahnya.

Dengan cara masing-masing, menteri-menteri pembantu Kepala Negara juga telah tertular penyakit berbahaya. Bisa jadi peristiwanya tidak sama. Pastinya, semua menteri dan pejabat tinggi negara telah tertular penyakit berbahaya.

Itulah yang membuat Kepala Negara pusing tak terkira. Galau. Kemudian sebuah keputusan penting mau tidak mau harus dibuat.

Setelah berkonsultasi dengan para staf ahli kekepalanegaraan dan menimbang dari segala hal secara saksama, Kepala Negara memutuskan sesuatu: memecat semua menteri dan pejabat tinggi!

Demi mengganti para menteri dan pejabat tinggi, pada hari berikutnya ia memanggil sejumlah tokoh terkemuka untuk diwawancarai secara mendalam. Sebagian calon petinggi adalah profesional. Sisanya merupakan hasil atau sedang menjalani proses naturalisasi

Diyakini, mereka adalah para tokoh belum pernah terkena penyakit berbahaya. Pihak intelijen sudah memeriksa latar belakang pendidikan, pengalaman, interaksi, dan kemampuan. Memastikan para calon petinggi belum pernah melakukan jabat tangan dengan siapa pun dalam sekian tahun terkhir. Berarti, "cling ...!"

Pengetahuan rahasia tersebut disampaikan kepada Kepala Negara, yang sekarang boleh bernapas lega. Maka dengan teguh hati ia memanggil dan mewawancarai mereka.

Namun, proses tidak berhenti di tanya jawab untuk dimintai keterangan atau pendapat perihal pemerintahan. Kepala Negara juga menyelenggarakan pelatihan militer untuk menggembleng calon petinggi negara. Dengan demikian, kelak mereka tidak mudah tertular penyakit berbahaya.

Senyum menghiasi wajah Kepala Negara. Laporan staf ahli tentang hasil pelatihan sangat memuaskan hati.

Dalam beberapa kesempatan ia menyaksikan sendiri, betapa para calon menteri dan para pejabat tinggi berkomitmen penuh, akan menghindari sekaligus berjanji memberantas penyakit berbahaya dari permukaan Negeri Selatan.

Setelah pidato pelantikan dan mengambil sumpah jabatan, Kepala Negara mendatangi satu demi satu menteri penanggung jawab kementerian dan pejabat tinggi pemegang badan.

Kepala Negara berseri-seri, "Bantu saya bekerja sungguh-sungguh dalam memajukan negara. Awas ya, jangan sampai tertular penyakit berbahaya!!!"

Kepala Negara mengucapkan peringatan, seraya kedua tangannya menjabat erat tangan para pembantunya bagai tak ingin melepasnya. Harapan besar ia taruh dalam genggaman tangan.

Begitu menempati kursi jabatan, menteri dan pejabat tinggi bekerja dengan cekatan. Merombak habis-habisan bagian yang berpotensi menimbulkan bahaya, membereskan pekerjaan-pekerjaan belum beres, dan menempatkan orang-orang kepercayaan masing-masing.

Banyak hal yang harus segera mereka lakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya, mumpung lagi memegang kekuasaan besar di Kementerian atau Lembaga Tinggi Negara.

Termasuk di dalam kegiatan mulia tersebut adalah:

Memakan kertas-kertas kontrak dan perizinan; Melahap semen dan besi; Menyantap makadam, pasir, aspal; Memamah paket bansos, KTP elektronik, kartu jaminan kesehatan; Menguntal menara BTS di daerah terpencil; dan bentuk penyakit berbahaya lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun