Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Kompasiana dan Puncak Pencapaian dalam Dunia Kepenulisan

6 Oktober 2024   09:05 Diperbarui: 7 Oktober 2024   09:36 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pencapaian rekor MURI (dokumen pribadi)

Jumat 4/10/2024 menjadi momentum penting dalam kehidupan saya, yaitu menjadi bagian dari perolehan rekor MURI yang menandai satu pencapaian dalam kegiatan menulis.

Bertempat di Senyawa+ Corner (Creator Space) Jl Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat, selama pukul 13.00 sampai 16.30 berlangsung acara ngobrol bareng dan syukuran dengan sesama penulis.

Kegiatan syukuran dihadiri 16 penulis dan pihak penerbit. Saya baru bertemu muka dengan mereka. Hadir juga Kompasianer Pak Merza Gamal, Kang "Efwe" Fery Widiatmoko, Bang Y. Edward Horas S, dan peserta lainnya.

"Kapak Algojo dan Perempuan Vestal" inisiatif Kompasianer Widz Stoops meraih rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Ia menjadi novel pertama sebagai Karya Kolektif dari Latar Belakang Profesi Penulis Terbanyak.

Piagam penghargaan rekor MURI (dokumen pribadi)
Piagam penghargaan rekor MURI (dokumen pribadi)

Pembuatan novel didukung oleh Secangkir Kopi Bersama (eskaber.com). Beragam penulis dengan latar belakang berbeda-besar terlibat dalam satu proyek ambisius: 33 orang menyelesaikan sebuah novel!

Saya sangat bangga berada di antara penulis kawakan, sekaligus gamang menerima tantangan tersebut.

Bagaimana tidak grogi? Saya merasa tidak percaya diri, karena bukan penulis betulan. Tetapi "nyemplung" (meminjam istilah dari Kompasiner I Ketut Suweca) menjadi penulis di Kompasiana.

Tahun 2010, seorang sahabat mempromosikan sebuah platform menulis. Ia sudah menjadi anggota.

Katanya, karya tulis di sana bagus-bagus. Berhubung dunia saya bukan kepenulisan, ya ajakan tersebut masuk kuping kanan keluar melalui kuping kiri.

Lagi pula, eman-eman ongkosnya. Saat itu saya menggunakan internet melalui laptop dengan koneksi secara thetering. Cara kedua, dan paling sering, menyewa jam-jaman komputer desk top di warnet alias warung internet. Bukan ind*m*e kornet, ya!

Saat itu saya berpendapat, menulis adalah kegiatan sia-sia. Menghabiskan energi. Lebih baik berselancar untuk hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

Namun, Toto Manurung sahabat saya tak kapok mengiklankan Kompasiana. Maka di awal tahun 2011 saya mendaftarkan diri jadi anggota blog keroyokan di bawah naungan Kompas Gramedia Group.

Berselancar di dalamnya, saya sependapat dengan lulusan FIKOM UNPAD 1982 itu. Karya tulis di Kompasiana bagus-bagus. Bikin saya tambah tidak pe-de nimbrung.

Beraninya bikin puisi, satu dua kali menayangkan cerpen. Jangan dicari dan dibaca! Saya sendiri malu untuk membacanya kembali. Elek pol ....

Berhubung tidak menemukan keasyikan, saya jarang menayangkan karya tulis. Tidak aktif sampai kwartal terakhir 2019.

Jelang akhir tahun 2019 waktu demikian melimpah. Maka waktu di antara berobat, terapi, dan jalan kaki pagi saya manfaatkan untuk membuka Kompasiana. Bisa dibuka setelah menggunakan fitur "Lupa Password?"

Nyemplung-lah dalam dunia kepenulisan. Saya menyebut diri sebagai tukang tulis, belum sampai level penulis.

Kompasiana menawarkan lingkungan yang menyenangkan. Mudah dalam penayangan karya tulis. Kalau tulisan sudah siap, langsung tayang.

Melalui platform ini, saya bisa berinteraksi dengan sesama pengguna, sehingga saya memiliki kenalan yang sangat luas jangkauannya. Ditambah, kesempatan mengikuti pertemuan dan event offline.

Making a difference! Kompasiana telah membuat perbedaan besar bagi saya. Dunia yang tadinya sepi, kini riuh dengan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan tulis menulis.

Terbentuk gairah, cinta, dan semangat dalam diri untuk aktif menulis di Kompasiana. Perjalanan dari bulan-bulan terakhir tahun 2019 hingga kini memberikan kesan mendalam. Banyak pengalaman dan pelajaran dapat dipetik.

Satu puncak pengalaman dan pencapaian selama bergabung dengan Kompasiana terjadi di Jakarta, pada Jumat lalu.

Saya menjadi bagian dari Novel Pertama sebagai Karya Kolektif dari Latar Belakang Profesi Penulis Terbanyak. Menjadi satu dari 33 penulis dalam karya tulis Kapak Algojo dan Perempuan Vestal, yang mendapatkan rekor MURI.

Novel
Novel "Kapak Algojo dan Perempuan Vestal" dan Medali rekor MURI (dokumen pribadi)

Pencapaian semacam itu tidak bakal tercapai, bahkan dalam mimpi, jika saya tidak bergabung dan aktif sebagai anggota Kompasiana.

Terima kasih kepada Kompasiana dan para Kompasianer. Masa 16 Tahun Kompasiana telah membuat perbedaan besar bagi saya. Sangat besar.

Selamat Ulang Tahun Kompasiana. Semoga kesuksesan senantiasa meliputi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun