Jalan kaki merupakan satu upaya murah dan mudah untuk mengurangi risiko terkena gangguan jantung.Â
Bagaimana ceritanya?
Senin baru lalu. Sebelum memasuki kamar dokter spesialis saraf, perawat menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, serta menanyakan perihal alergi obat dan keluhan.
Dalam tiga bulan terakhir timbangan naik tiga kg, sehingga bobot menjadi 68 kilogram.
Tekanan darah cenderung tinggi dalam dua bulan terakhir, yakni 140/90 mmHG. Ini yang jadi masalah. Dokter akan menanyakan banyak hal, termasuk pola makan.
Saya tidak memiliki riwayat alergi obat. Kepada perawat hanya mengeluhkan bahwa sekarang gampang capek.
Makanya, belakangan saya tidak setiap hari olahraga berjalan kaki. Bisa dua hari sekali atau lebih. Apalagi jika sedang "M."
Bukan! Bukan yang itu, tetapi penyakit M alias malas. Ditambah, saya merasa kurang semangat.
Atas keluhan mudah capek, dokter memberikan rujukan ke dokter spesialis jantung. Di situlah saya mulai deg-degan.
Hari berikutnya, dokter membaca hasil elektrokardiogram (EKG) dan menyatakan bahwa aktivitas listrik jantung normal.
Untuk lebih memastikan lagi, dokter spesialis jantung akan melakukan pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) pada pekan depannya.
Hasilnya, secara umum jantung saya sehat. Namun, dindingnya menebal -- belum bengkak -- yang membuat gampang lelah.Â
Menurut dokter, penebalan bisa disebabkan oleh hipertensi. Satu solusi adalah menurunkan tekanan darah.
Berhubung dokter spesialis saraf sudah meresepkan dua macam obat penurun tekanan darah (diminum pagi dan sore), maka dokter spesialis jantung tidak memberikan obat. Saran beliau, agar beraktivitas secukupnya dan menjaga pola makan.
Keluar dari ruang dokter saya membaca standing banner. Isinya, ada enam cara saling berhubungan dalam rangka menurunkan risiko bagi pengidap hipertensi.
Pertama, yang pasti konsumsi garam tidak lebih dari 1 (satu) sendok teh dalam sehari.
Kedua. Mengatur makanan dengan gizi seimbang.
Ketiga. Menjauhi rokok dan asapnya. Saya sudah lama berhenti merokok.
Keempat. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Bagaimana ya, terkadang saya makan tape/tapai singkong yang diketahui beralkohol.
Kelima. Menjaga berat badan ideal. Cara gampang, saya memakai kalkulator BMI (Body Mass Index) di sini. Setelah menghitung, mereka menyatakan berat badan saya ideal.
Terakhir. Melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara teratur. Misalnya, berjalan kaki selama 30 menit (2-3 km, tergantung kecepatan) setiap hari. Atau setidaknya, lima kali dalam sepekan.
Selama ini saya menjalani lima hal, tetapi kurang dalam mempraktikkan cara keenam -- berjalan kaki setiap hari.
Maka, mulai Selasa kemarin saya kembali mengisi kegiatan pagi dengan berjalan kaki. Setiap hari selama minimal 30 menit.
Olahraga jalan kaki merupakan salah satu upaya menjaga tekanan darah dalam keadaan normal, yang pada gilirannya mengurangi risiko timbulnya masalah jantung.
Semoga penyakit "M" tidak kumat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H