Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Penjualan Bertambah, tapi Piutang Tak Tertagih Bertumbuh

12 September 2024   06:08 Diperbarui: 12 September 2024   08:05 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari LPSE Kota Bogor. (Dokumentasi Pribadi)

Satu tukang berkata, "Catet dulu, ya!"

Kembali dari kegiatan pengantaran, penjual kopi tepi jalan itu mencatat pada sebuah buku. Ia menuliskan nama-nama belum membayar dan angka-angka belum dibayar, piutang. Hari itu tercatat 28 gelas kopi seduh belum bayar.

Buku catatan piutang. (Dokumentasi Pribadi)
Buku catatan piutang. (Dokumentasi Pribadi)

Mereka berutang, barangkali sebab saat itu tidak memiliki cukup uang. Penyelesaiannya, setelah pembayaran upah dari pemborong pada tiap hari Selasa.

Seturut pengalaman, sebagian kontraktor punya kebiasaan tak tertulis, yakni menghindari hari ketiga dalam satu minggu itu untuk membayar upah tukang. Juga tidak memulai pekerjaan atau proyek pada hari Selasa.

Waktu masih aktif berurusan dengan proyek, saya membayar upah kepada grup tukang pada tiap hari Sabtu. Atau bila pekerjaan selesai, membayar upah bukan di hari Selasa. Ah, mungkin mereka memiliki cara berbeda!

Kembali ke kisah Pak Yana. Dengan penundaan pembayaran kopi, pedagang kecil itu memiliki piutang harian sebesar 28 x Rp4.000 = Rp112.000 kepada para pekerja.

Anggap modal kopi, air, dan gelas senilai setengahnya, maka kapital terkikis dalam sehari adalah Rp56.000. Berapa uang diperlukan untuk menutupnya selama tujuh hari?

Satu grup tukang cukup tertib menyelesaikan utang pembayaran kopi ke Pak Yana. Usai mendapatkan upah, mereka menyelesaikannya pada hari itu juga.

Sebaliknya, kelompok lain membayar dengan "ntar-sok-ntar-sok" atau melunasi sebagian utangnya. Bahkan, beberapa orang menghilang lantaran tidak dipekerjakan lagi, tidak bertanggung jawab meninggalkan kewajiban ke Pak Yana begitu saja.

Menurut Pak Yana, jumlahnya mencapai 50 gelas kopi. Ia kehilangan omzet Rp200.000, yang setara dengan Rp100.000 modal dikeluarkan. Itu jumlah uang yang sangat besar bagi pedagang kecil seperti Pak Yana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun