Ia tidak mau lagi bermitra dengan temannya berapa pun tawarannya, lantaran terluka dengan teman yang mengecewakan dan tidak tepat janji.
Juned, sebutlah demikian, melalui telepon mengatakan kepada saya bahwa ia bisa memaafkan, tetapi tidak mampu melupakan perbuatan temannya. Memaafkan Lalu Melupakan? Memaafkan, bisa. Melupakan? Baginya, sulit melepas ingatan atas perilaku teman yang mengecewakannya.
"Tolong sampaikan kepada Berlin (nama samaran) tetap berteman saja, kita tidak lagi bisa menjadi rekan usaha!"
Juned menutup pembicaraan melalui angin, membuat kening berkerut.
Sebelumnya, Berlin meminta saya agar menelepon Juned lantaran memerlukan keahliannya dalam bisnis yang baru saja dibentuk. Ia mengatakan, sedang slek (bahasa gaul untuk berselisih paham) dengan Juned.
Belakangan saya mengetahui bahwa Berlin pernah bekerja sama dalam satu usaha. Bukan sebagai mitra berbagi modal. Mewakili pemilik saham, sebagai direktur Berlin menggunakan keahlian Juned untuk turut menggerakkan perusahaan.
Cerita singkatnya, Berlin mengelola perusahaan penerbitan tabloid mingguan (in house magazine). Juned memiliki tim jurnalis kompeten.
Klop. Kapital dan manajemen bertemu dengan keahlian. Ditambah, Berlin dan Juned merupakan teman lama.
Dalam perjalanan, usaha sempat bersinar. Kemudian memudar, berhubung muncul ketidakpercayaan di antara satu sama lain.
Apa pun itu, hubungan menjadi slek. Juned menarik timnya. Tanpa kelompok terampil, perlahan sinar usaha meredup dan akhirnya bangkrut.