Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Punya Teman Tone Deaf, Memang Kenapa?

29 Agustus 2024   12:08 Diperbarui: 29 Agustus 2024   12:13 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi punya teman tone deaf oleh Ana Krach dari Pixabay

Ada beberapa teman yang berperilaku seperti itu. Saya lumayan lama berada di lingkungan demikian. Nasihat meluncur dari mulut saya demi mengurangi ketimpangan. Namun, karakter teman berperilaku tone deaf tidak mudah diubah.

Paling banter, sesekali saya mengajak anak buah yang terabaikan untuk makan malam, misalnya. Atau memberinya sedikit rezeki atau mempekerjakannya, bila saya pas memperoleh proyek bagus.

Meskipun selingkungan dengan teman tone deaf dan itu sesekali membuat suasana canggung, tidak banyak hal yang bisa saya perbuat untuk mengubah keadaan.

Saya berkata kepada diri sendiri, hindari berperilaku tone deaf. Jangan sampai tidak peka dengan perasaan dan kesulitan orang sekitar.

Lebih baik memiliki timbang rasa, seperti dicontohkan pada kejadian ini.

Seseorang memasuki warung kopi. Mengenakan jaket layanan ojol yang kusam terbakar matahari. Bercelana jins sobek pada kedua lututnya. Kepada pemilik warung pria itu berkata pelan bahwa sampai pagi ini belum ada order. Ia ingin beli kopi seduh, bayarnya nanti.

Kopi seduh (dokumen pribadi)
Kopi seduh (dokumen pribadi)

Satu pengunjung lain yang menyantap nasi, telur dadar, dan tumis sayur mungkin mendengarnya. Usai makan, ia membayar sajian sekaligus kopi pengendara ojol yang telah pergi menjemput pengguna jasa.

Sederhana. Cuma empat ribu rupiah untuk segelas kopi, tetapi tanggapannya terhadap kesulitan orang lain patut dipuji.

Jadi, daripada membincangkan lalu mengindahkan teman tone deaf, lebih baik diri ini belajar dari mereka yang memiliki empati. Ngapain juga ngurusin orang yang tidak peka dengan lingkungan sekitar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun