Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berharap Kemakmuran Merata Ibarat Menunggu Hujan Berkelir

15 Agustus 2024   08:07 Diperbarui: 15 Agustus 2024   08:21 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, pria Indramayu itu berkisah bahwa tadi ada pengendara sepeda motor yang hendak meminjam uang, untuk beli bensin. Dompetnya hilang entah di mana. Janjinya, ia akan kembali untuk mengembalikan uang.

Para pedagang pinggir jalan menduga modus tersebut sebagai penipuan. Kalau mau, tinggalkan barang sebagai jaminan pinjam uang. Itu menurut mereka.

Beberapa hari sebelumnya, pedagang yang sama didatangi orang menawarkan jam tangan Rolex dengan harga Rp1.250.000. Jual murah karena butuh duit. Pedagang yang memperoleh penghasilan dari komisi bendera/umbul-umbul terjual berkata, kalau dua puluh ribu ia mau. Ia tidak membutuhkan Rolex, juga tidak punya uang senilai itu.

Kenapa ya, orang menawarkannya ke pedagang kecil? Bila perlu uang cepat dan sungguh-sungguh, datang saja ke toko khusus jual beli jam. 

***

Masih ada cerita menarik lainnya. Namun, artikel ini bakal panjang jika semua ditulis. Ntar gak ada pembaca. Lagi pula, capek juga nulisnya.

Ngopi dan menikmati suasana tidak perlu datang ke gerai bagus dan mahal. Di tempat tanpa kursi meja memadai pun jadi. Nongkrong satu jam lebih di jalur hijau tepi jalan saya mendapatkan beragam cerita tentang:

  • Dinamika pedagang kecil tanpa izin resmi yang sepi pembeli. Mungkin akibat gejala penurunan daya beli.
  • Orang-orang bertahan hidup, berusaha mendapatkan uang dengan cara masing-masing.

Kisah yang membuat saya menarik napas. Kapan ya mereka mendapatkan lingkungan usaha menggembirakan? Salah satunya, keadaan yang mendorong dagangan menjadi laris seperti tahun-tahun sebelumnya.

Harapannya, tumbuh kemakmuran menyeluruh sehingga tiada lagi kasus meninggal kelaparan lantaran tidak punya uang untuk makan. Bukan bagi kaum di atas semata, melainkan kemakmuran untuk rakyat banyak.

Namun, bukankah berharap kemakmuran merata dalam suasana kemerdekaan dewasa ini, ibarat menunggu-nunggu curah hujan berkelir (berwarna)?

Loh, kok jadi pesimis? Ayo, berpikir positif! Merdekaaa ...!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun