Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ternyata Tidak Mudah Meminta Maaf dan Mengakui Kesalahan

14 Agustus 2024   08:18 Diperbarui: 14 Agustus 2024   08:41 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo meminta maaf dan mengakui kesalahan oleh Brett Jordan dari pexels.com

Lebih sulit meminta maaf dan mengakui kesalahan kepada orang yang pernah disakiti, dibanding Memaafkan lalu Melupakan.

Membaca topik pilihan yang disodorkan Kompasiana, mengingatkan saya kepada satu kejadian menyakitkan pada masa lampau.

Hati berdenyut. Jantung berdegup. Kemarahan meletup. Ternyata saya belum mampu melupakan persoalan yang membuat hubungan dengan seorang teman menjadi retak.

Persoalan waktu itu amat merusak reputasi saya dalam dunia usaha. Demikian menghancurkan sehingga saya sulit memaafkan dan melupakannya.

Kendati kini kadar kemarahan turun dibanding keadaan pada masa itu, tidak sepenuhnya saya memaafkan. Belum bisa memaafkan, pun melupakan. Apa ya bahasa Inggrisnya?

Artinya, saya gagal melakukan prakarsa Memaafkan Lalu Melupakan. Saya tidak berhasil menjalankan saran-saran bagus yang banyak ditulis di Kompasiana belakangan ini.

Tidak bisa memaafkan bukan berarti memelihara dendam, melainkan sulit melupakan perbuatan yang sangat ... sangat menyakitkan. Sedikit teringat, sontak muncul kembali kemarahan. Pada diri saya belum ada sikap memaafkan sekaligus melupakan.

Untuk hal terbatas, betapa sulit memaafkan dan melupakan. Di sisi lain, betapa tidak mudah meminta maaf.

Bukan ujaran maaf seperti yang biasa diucapkan pada hari lebaran. Atau, maaf sehubungan ingin berlaku sopan santun kepada orang lain. Bukan itu.

Minta maaf kepada seseorang karena pernah menyakitinya, menimbulkan kerugian besar, atau membuatnya sangat marah. Minta maaf yang dipandang akan berisiko memicu kekacauan atau amarah yang makin hebat.

Maka minta maaf dalam kerangka ini adalah hal yang sulit dilakukan, bagi saya yang terlalu khawatir dengan dampak ikutannya. Bisa jadi orang lain lebih bagus pengendaliannya.

Pada suatu masa saya menyebabkan seseorang sangat kecewa. Harapan tingginya saya buyarkan dengan perilaku tidak elok. Saya demikian canggung menghadapi situasi itu, sehingga saya menjauh dari orang tersebut.

Perkara lain, waktu masih bujangan saya menyatakan janji kepada seorang gadis. Namun, berbagai sebab dan alasan membuat komitmen tidak terealisasi. Saya mengerti, gadis baik itu sangat kecewa dan pantas untuk merasa marah.

Masih ada perbuatan buruk lainnya, tetapi yang paling saya ingat adalah dua ihwal tersebut. Mengingatnya, perasaan bersalah menggumpal di dada. Membuat sesak juga sesal mendalam.

Perbincangan dinamis dan mendalam dengan seorang sahabat menyadarkan, bahwa saya harus meminta maaf kepada mereka yang tersakiti akibat perilaku saya. Tidak "minta maaf" sekadar pemanis bibir, tetapi ucapan tulus yang mencerminkan penyesalan diikuti dengan pernyataan mengakui kesalahan.

Pemintaan maaf tulus akan mengurangi beban dalam diri, sekalipun tidak serta memperoleh pengampunan cukup melegakan. Apa pun konsekuensi usai mengucap maaf, diterima saja dengan pasrah.

Berbekal penguatan itu, saya sebisa mungkin menemui orang dimaksud. Pada kesempatan pertama meminta maaf kepadanya dan mengakui kesalahan. Reaksinya beragam, dari yang baik hingga kurang bagus. Pasrah. Terima saja.

Ajaib, di dalam hati perlahan tumbuh bibit kelegaan. Lapang hati. Bisa jadi lebih meringankan langkah menjalani hidup. Rasanya, saya mampu menyingkirkan ganjalan yang selama ini menghalangi.

Tulus meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti memang tidak mudah dilakukan, tetapi perlu untuk memuluskan jalan hidup selanjutnya. Untuk itu, lakukan langkah-langkah berikut:

  • Temui orang dimaksud dan minta maaf dengan sungguh-sungguh.
  • Jika tidak diketahui keberadaannya, misalnya, karena pindah alamat, minta maaflah di dalam hati dan mendoakannya untuk hal-hal baik.
  • Saat bertemu, akui bahwa perbuatan buruk yang telah dilakukan adalah semata-mata kesalahan.
  • Pasrah menerima konsekuensi dari permintaan maaf dan pernyataan mengakui kesalahan tersebut.
  • Make a bigger promise. Bersedia melakukan perbuatan lebih baik untuk menebus kesalahan, bila diberi kesempatan untuk bergabung atau bekerja sama lagi.
  • Pada praktiknya, tulus meminta maaf dan mengakui kesalahan tidaklah mudah. Saat itu gengsi, rasa cemas, grogi, gemetaran, dan semacamnya mesti bisa diredam.
  • Tetap rendah hati usai meminta maaf dan mengakui kesalahan.
  • Pastinya, berjanji kepada diri sendiri (berkomitmen) agar tidak mengulang perbuatan serupa yang mungkin menyakiti orang lain.

Memiliki kesalahan kepada orang lain adalah ganjalan. Maka lakukan langkah-langkah meminta maaf dan mengakui kesalahan, agar gerakan kita menjalani hidup menjadi lebih ringan.

Memang tidak mudah. Menurut saya, lebih sulit meminta maaf dan mengakui kesalahan daripada Memaafkan Lalu Melupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun