Pagi menjelang siang. Enam mahasiswa berbeda jurusan keilmuan satu demi satu memasuki minibus berhidung pesek.
Tak lama mesin diesel mendorong mobil sesak penumpang meninggalkan Ciroyom, Kota Bandung, menuju Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.
Namanya juga angkutan umum, ya kerap berhenti menurunkan dan menaikkan sewa (istilah di kalangan sopir/kenek untuk penumpang), sehingga perjalanan memakan waktu 2-2,5 jam.
Padahal jarak diukur melalui google map cuma 35 kilometer, atau satu setengah jam dengan perjalanan darat menggunakan mobil.
Pada, kalau tidak salah ingat, tahun 1986 kami mahasiswa sebuah Universitas Negeri di Bandung melaksanan kegiatan pengabdian masyarakat, di desa sebelum wilayah Kecamatan Cililin.
Daerah dituju, yaitu Desa Karangtanjung, Kecamatan Cililin, adalah lokasi KKN kami.Â
Cililin bersama 6 kecamatan lainnya baru tergenang air akibat pembendungan Sungai Citarum. PLTA Waduk Saguling yang selesai tahun 1985 diresmikan pengoperasiannya oleh presiden RI waktu itu, Soeharto.
Di depan kantor Desa tujuan. Pak Carik atau Sekretaris Desa telah menunggu. Memandu kami menuju rumahnya, yang berjarak selemparan batu, sebagai tempat tinggal selama tiga bulan. Dua wanita tidur di rumah utama. Empat pria menginap di bangunan seberang milik tuan rumah.
Sebagian wilayah desa berada di perbukitan, beberapa di daratan tempat jalan utama melintas, dan sepenggal berada di dekat area Waduk Saguling.
Mengamati keadaan setempat, di bawah rambut anak-anak muda tumbuh gagasan-gagasan. Masyarakat pengolah tanah yang beradaptasi dengan air bagaimanapun mengalami perubahan lingkungan, sosial, ekonomi, budaya.