Generasi dulu menyebutnya sebagai "oleh-oleh Bandung". Tidak ada penjelasan cukup, mengapa mereka menamakan demikian.
Rasanya? Gurih dengan sedikit rasa manis. Teman-teman saya menyukainya, meski baru pertama kali mencicipi.
Doclang komplit di Jembatan Merah dibanderol dengan harga Rp15-17 ribu.
Tidak hanya di kawasan Jembatan Merah, doclang tersebar di bagian lain dari Kota Bogor.
Di permukiman dan tempat-tempat keramaian pedagang doclang berkeliling memikul tempat dengan warna khas. Hijau atau biru dengan aksen merah.
Di pedagang keliling, cukup mengeluarkan uang Rp7-8 ribu untuk mendapatkan sepiring doclang isi lontong, tahu goreng, dan kerupuk. Bumbunya seperti doclang Jembatan Merah, yaitu saus kacang sudah dimasak.
Di tempat lain, sebagian penjual gado-gado dan nasi uduk juga menjual doclang. Kadang mereka menyebutnya sebagai lontong bumbu.
Cara mengolahnya berbeda dengan yang di Jembatan Merah atau pedagang pikulan.
Irisan lontong dan kerupuk dicampur dengan bumbu kacang goreng diulek bersama garam, cabai, sedikit gula, dan air jeruk. Sama dengan bumbu gado-gado versi Bogor (bukan gado-gado bumbu siram).
Satu pelaku UMKM Bogor yang kerap saya datangi menjual lontong bumbu atau doclang, selain menyediakan lontong sayur (di sini disebut pesor), gorengan, kadang nasi uduk.