Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Boleh Seruput Wedhang Teh Tubruk setelah Lima Menit

13 Mei 2024   06:05 Diperbarui: 13 Mei 2024   06:08 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan cuaca Kota Bogor terasa lebih panas dibanding sebelumnya. Langit sesekali menumpahkan air. Itu pun tidak deras.

Seringnya membuka jalan bagi sinar matahari menghangatkan bumi. Terlalu hangat pada siang hari bikin kerongkongan cepat kering.

Agaknya meminum seteguk air dingin, misalnya es kelapa muda, dapat meredakan rasa haus.

Pandangan menumbuk bangunan Kedai Es Teh Jaya Abadi. Pas ini.

Sebetulnya tidak jarang saya lewat di depannya, tetapi belum kesampaian mampir ke tempat hits tersebut.

Setiap kali melewati, kedai bergaya jadul itu selalu ramai pengunjung. Kesimpulan yang saya ambil setelah melihat deretan sepeda motor parkir di halaman depannya.

Tampak depan Kedai (dokumen pribadi)
Tampak depan Kedai (dokumen pribadi)

Tempat minum dengan eksterior dan interior gaya lama ternyata menarik perhatian konsumen. Kesannya masuk ke tempat minum jadul.

Tampilan luar kedai seperti bangunan lama. Pintu dan jendela terbuat dari kayu berwarna hijau muda. Dua set meja kursi warna merah berada di luar.

Masuk ke dalam, kesan kuno lebih kuat. Ditandai dengan furnitur lawas, deretan pigura berisi iklan jadul menempel di dinding, cat mengelupas, noda bekas rembesan di langit-langit, dan benda-benda yang sudah ketinggalan zaman.

Lebar ruang dalam tidak lebih dari empat meter. Sempit, tapi memanjang.

Ruang dalam Kedai Es Teh Abadi Jaya (dokumen pribadi)
Ruang dalam Kedai Es Teh Abadi Jaya (dokumen pribadi)

Mengamati lembar menu, harga ditawarkan lumayan terjangkau. Harga minuman Rp6-15 ribu (kecuali bir pletok, Rp18.000). Camilan (kue, roti, bakwan, tempe, risoles) Rp6 ribu.

Harga makanan minuman murah dan tempat cozy gaya jadul menjadi daya tarik tersendiri.

Kedai es teh yang berdiri sejak tahun 2022 ini saya kira tidak kalah ramai, dibanding gerai tempat minum kopi kekinian.

Kemudian saya memesan Wedhang Teh Tubruk dan Tempe Mendoan. Selama menunggu pesanan, terlihat antrean mulai memanjang. Mereka umumnya anak muda.

Kembali ke teh tubruk. Teh tubruk adalah seduhan teh rajang kering tanpa melalui proses penyaringan.

Menurut pegawai yang melayani, Wedhang Teh Tubruk di kedai ini menggunakan daun dan ranting kering tanaman teh ditambah rempah.

Membaca satu situs kesehatan, teh berkhasiat bagi kesehatan tubuh.

Teh mengandung antioksidan katekin, kafein, teofilin dan teobromin. Berperan dalam menurunkan risiko Alzheimer, kanker, tingkat depresi; mencegah osteoporosis; membantu menurunkan berat badan; menjaga kesehatan jantung (klikdokter.com).

Wedhang Teh Tubruk dan Tempe Mendoan dihidangkan dalam wadah kaleng corak bunga. Betul-betul jadul.

Tempe mendoan sudah dingin. Terinformasi, pengelola kedai tidak mengolah makanan ringan, tetapi mengambil dari pelaku UMKM di sekitarnya.

Sedangkan pasokan teh didapat dari Jawa Tengah, dengan racikan khas Kedai Es Teh Jaya Abadi.

Ketika menyajikan teh, waitress berkata agar saya menunggu lima menit sebelum meneguknya. Selanjutnya gadis itu bilang, cara minumnya bukan dihirup dari bibir gelas kaleng, melainkan dari tatakan berisi gula batu setelah teh dituangkan.

Pada waktunya saya menghirup wedhang teh tubruk dari tatakan gelas. Sedikit demi sedikit, sebab masih lumayan panas.

Minum wedhang teh tubruk dari tatakan (dokumen pribadi)
Minum wedhang teh tubruk dari tatakan (dokumen pribadi)

Ternyata teh diseduh dengan air mendidih. Makanya perlu ditunggu setidak-tidaknya lima menit baru boleh diminum.

Cairan hangat yang mengalir ke dalam perut menimbulkan efek segar di Tengah udara panas njepret (gerah banget seolah diselepet karet gelang).

Inginnya hati berlama-lama menhirup teh sambil menikmati suasana.

Namun makin siang terlihat makin panjang pengunjung mengantri, maka saya segera menghabiskan wedhang teh tubruk. Menyisakan dedaunan dan ranting tanaman teh di dasar gelas.

Paling penting, tujuan mendinginkan tubuh sambil istirahat tercapai, tanpa perlu mengosongkan isi kantong di tempat bersuasana asri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun