Tempe mendoan sudah dingin. Terinformasi, pengelola kedai tidak mengolah makanan ringan, tetapi mengambil dari pelaku UMKM di sekitarnya.
Sedangkan pasokan teh didapat dari Jawa Tengah, dengan racikan khas Kedai Es Teh Jaya Abadi.
Ketika menyajikan teh, waitress berkata agar saya menunggu lima menit sebelum meneguknya. Selanjutnya gadis itu bilang, cara minumnya bukan dihirup dari bibir gelas kaleng, melainkan dari tatakan berisi gula batu setelah teh dituangkan.
Pada waktunya saya menghirup wedhang teh tubruk dari tatakan gelas. Sedikit demi sedikit, sebab masih lumayan panas.
Ternyata teh diseduh dengan air mendidih. Makanya perlu ditunggu setidak-tidaknya lima menit baru boleh diminum.
Cairan hangat yang mengalir ke dalam perut menimbulkan efek segar di Tengah udara panas njepret (gerah banget seolah diselepet karet gelang).
Inginnya hati berlama-lama menhirup teh sambil menikmati suasana.
Namun makin siang terlihat makin panjang pengunjung mengantri, maka saya segera menghabiskan wedhang teh tubruk. Menyisakan dedaunan dan ranting tanaman teh di dasar gelas.
Paling penting, tujuan mendinginkan tubuh sambil istirahat tercapai, tanpa perlu mengosongkan isi kantong di tempat bersuasana asri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H