Bikin betah, kendati tampilannya sederhana. Barang dijual pun biasa saja. Meskipun demikian, warung ini memiliki keunikan yang menjadi daya tarik orang untuk berkunjung.
Kedai berada di bagian depan sebuah persil kosong yang ditanami singkong.Â
Di belakangnya, menempel pada dinding tetangga, dibangun gubuk. Dihuni dua orang agar tidak kehujanan kepanasan ketika tidur. Bapak dan anak yang sekaligus bertugas menjaga tanah kosong.
Sang anak, Sanawi biasa dipanggil Mawi mengisi waktu sekalian cari uang dengan membuka warung bertiang bambu, beratapkan seng gelombang, dan sebagian dinding ditutup spanduk tidak terpakai.
Pada bagian muka terletak etalase kaca tempat memamerkan aneka lauk, yang disampingnya berdiri kulkas berisi minuman. Celah di antaranya merupakan akses pemilik warung melayani konsumen.
Kecuali minuman kemasan, Mawi mengolah semuanya, melayani pembeli, berbelanja bahan keperluan warung mencuci piring, dan menerima pembayaran.
Mawi sendirian mengurus warung sederhana tanpa bantuan asisten apalagi anak buah. Sementara bapaknya memiliki kesibukan lain di luar.
Warungya sederhana, hidangannya pun takada yang istimewa.
Di dalam etalase dipajang aneka olahan telur (ceplok, dadar, dicabein), ikan kembung goreng, tumis tongkol iris, ayam goreng, ayam masak kecap, sambal, dan tumis toge irisan tahu. Kalau ingin nasi goreng, bisa dibuatkan.
Di meja depan terletak goreng pisang, tempe, dan bala-bala (bakwan).