Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Set Rantai Baru untuk Sepeda Motor Tua

19 April 2024   08:10 Diperbarui: 19 April 2024   08:10 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhubung manusia-manusia bebal itu tidak kunjung mengesahkan RUU Pemiskinan, maka satu malaikat ditugaskan untuk memiskinkan pelaku pencurian uang rakyat.

Barangkali mereka yang harusnya mengesahkan takut juga kena pasal-pasal termuat jika RUU diberlakukan.

Banyak orang memahami, perilaku korup hampir mustahil diberantas, kecuali aset pelaku dirampas sehingga membuatnya miskin.

Sebuah spekulasi, berharap koruptor dan mereka yang hendak korupsi berpikir dua belas kali untuk melakukan pencurian uang rakyat.

Satu solusi pemberantasan korupsi adalah RUU Pemiskinan, tepatnya RUU Perampasan Aset Tindak Pidana, yang merupakan upaya pengembalian kerugian negara akibat kejahatan berdimensi ekonomi termasuk tindak pidana korupsi.

Namun ya itu tadi, RUU tidak segera disahkan. Maka malaikat ditugaskan untuk turun langsung ke bumi membereskan persoalan mengakar, yang membelit manusia tiada ujung pangkal.

Selain menguras harta koruptor sampai menjadi miskin semiskin-miskinnya, sehingga taraf kehidupannya lebih rendah dibanding sandal jepit, malaikat tersebut juga bertugas mengawasi apakah hati manusia mantan koruptor itu benar-benar suci setelah miskin.

Satu kejadian pemiskinan menimpa Baskoro.

Bertahun-tahun merantau di ibukota, Baskoro mencapai puncak karier sebagai satu pejabat teras di sebuah departemen milik negara.

Jumlah harta kekayaannya beranak-pinak, atau saling mengikuti antara perjalanan menaiki tangga pekerjaan dan penimbunan uang.

Pencapaian jabatan tinggi dan kekayaan tersebut merupakan hasil kecurangan-kecurangan, meliputi pembelian kedudukan, penyelewengan jabatan, hingga korupsi.

Ditangkap pun, Baskoro masih mampu membeli jeruji besi. Bebas dari kungkungan rompi oranye ia sedang kaya, dan dengan segala cara tetap melakukan kejahatan berdimensi ekonomi.

Tak mempan dengan hukum manusia, malaikat turun tangan. Memiskinkan Baskoro menjadi serendah-rendahnya manusia sampai-sampai pangkatnya lebih rendah daripada sandal jepit.

Mantan koruptor itu menghuni rumah kontrakan di lingkungan kumuh.

Beruntung ia masih menyimpan sepeda motor tua, satu-satunya barang dibeli dengan uang halal yang setia mengantarnya wara-wiri mencari penghidupan.

Keuangan Baskoro amatlah kemarau. Demikian kering maka motor tidak terpelihara sebagaimana mestinya.

"Yang penting ngglinding," kata Baskoro kepada tetangganya saat ia membetulkan rantai dan rem belakang.

Dengan peralatan seadanya, rantai kendur yang sudah habis setelannya dipotongnya satu engsel. Demikian pula dengan rem tromol pada roda belakang. Posisi tuas penarik kampas dipindah sedemikian rupa sehingga tampak normal.

Meskipun kurang pakem dan kampas menjerit kala pedal diinjak, dan sekalipun rantai berbunyi saat berkendara, Baskoro tidak membuka dompet lusuhnya demi membeli onderdil pengganti.

Matahari menyorot kepala Baskoro saat melaju dengan sepeda motor tuanya di jalan arteri. Tiba-tiba terdengar suara mak klothak di bagian roda.

Baskoro menghentikan kendaraan. Kaki kanan menarik batang penumpu motor. Melihat ke bawah: rantai sepeda motor putus! Bagian-bagian penghubung dan pengunci hilang entah di mana.

Kantong celana hanya menyimpan tiga ribu perak, jumlah tak cukup untuk membeli rantai bahkan yang paling bekas sekalipun.

Dengan perasaan kacau balau Baskoro mendorong sepeda motor ke bengkel terdekat. Berharap ada lungsuran rantai dan montir melakukan pekerjaan profesional secara sukarela.

"Tidak ada rantai bekas. Dibawa pemulung. Yang baru harus beli di sana," telunjuk montir mengarah ke toko onderdil.

Wajah memelas Baskoro membangkitkan iba seorang pengunjung yang sedang menyaksikan penggantian oli sepeda motornya.

"Begini pak, ini ada uang dua ratus ribu. Beli rantai termasuk gir depan belakang yang sudah pada ompong."

Baskoro yang merasa terharu menerima dan segera berlari kecil menuju toko onderdil. Tidak lama ia kembali membawa satu set rantai lengkap dengan gir.

"Pas? Berapa harganya?"

Dengan mimik serius Baskoro menjawab, "iya pas. Persis seperti perkiraan Anda, harganya tepat dua ratus ribu," sambil menyerahkan nota pembelian.

Pemberi uang mengernyitkan dahi. Membaca berulang-ulang angka di nota.

Satu hal yang tidak diketahui banyak orang, ketika membeli rantai di toko onderdil kecil Baskoro menggunakan kepandaian menata kata, lalu meminta bon kosong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun