Dua mata menyoroti penuh kasih mangkuk kecil bertelinga satu terbuat dari porselen putih.
Dua lubang menghidu aroma harum menenangkan dan menyenangkan jiwa
Dua tangan enggan mengendurkan genggaman. Hangat merambat perlahan memanjat arteri menuju ruang terdalam di hati.
Riak-riak berdenyut. Bergelombang hendak mendorong dinding dada yang terlalu kokoh, berkat kerap menjadi sandaran kepala lembut mencari perlindungan.
Cangkir lambat-lambat melayang. Bibir mulusnya menyentuh bibirku.
Larutan hitam perlahan mengalir. Lidah mencecap rasa pekat, tetapi ringan dan tidak sangat asam.
Aku sangat menikmati tiga perempat kopi hitam, dan menghabiskannya dari cangkir porselen berwarna putih cantik.
Sayangnya mangkuk kecil dengan satu telinga itu tidak boleh dibawa pulang. Harus dikembalikan kepada yang punya.
Di atas segalanya, tiga perempat kopi hitam dalam cangkir porselen terasa tidak pahit meski tidak ditambah gula.
Aku duga, dua sendok teh lebih sedikit bubuk kopi kualitas terbaik diseduh dengan air panas tidak terlampau panas, 92 hingga 95 derajat celcius, sampai memenuhi tiga perempat bagian dari cangkir porselen.