Persoalan "mengganggu", tapi bukan satu masalah luar biasa adalah timbulnya bau mulut kurang sedap saat berpuasa .
Mencuplik pendapat praktisi kesehatan gigi dan mulut, selain memang ada gas dari dalam perut kosong, adanya bakteri di mulut juga berpengaruh (sumber)
Sebuah portal kesehatan mengatakan, bau muncul akibat berkurangnya produksi air liur. Asalkan bukan sebab penyakit yang beda lagi penanganannya.
Dengan mengetik frasa "menjaga kesehatan mulut selama puasa" di mesin pencari, akan diperoleh keterangan dari berbagai situs kesehatan yang umumnya menyarankan ini:
- Biasakan sikat gigi setelah makan sahur dan sebelum tidur malam.
- Minum air bening (putih) cukup. Kurang minum air, menyebabkan produksi air liur untuk menetralkan asam dalam mulut berkurang.
- Tidak mengonsumsi makanan yang menghasilkan bau tajam seperti durian, jengkol, petai, dan teman-temannya.
- Perbanyak makan sayuran dan buah.
- Kalau perlu, menggunakan obat kumur pada malam hari.
- Terakhir, mengurangi konsumsi rokok. Jika bisa, berhenti untuk seterusnya.
Mengenai kebiasaan merokok, saya memiliki pengalaman panjang membakar tembakau. Sempat berhenti lalu kumat lagi. Terakhir, satu keadaan menghentikan kebiasaan buruk itu untuk selamanya.
Meskipun tidak sampai menghabiskan satu bungkus dalam sehari, selama lebih dari dua puluh tahun saya merokok. Kemudian berhenti, karena dirawat inap seminggu lebih akibat flek paru-paru.
Kira-kira tiga bulan berhenti merokok, teman-teman pergaulan "meracuni" agar saya mengisap lagi gulungan tembakau rajang dibungkus kertas tersebut. Jadilah saya kembali merokok. Malah konsumsinya lebih banyak dibanding sebelumnya.
Berhasil berhenti sebagai perokok berat lantaran menjalani rawat inap lagi. Bukan karena flek di paru-paru, tetapi terkena serangan stroke.
Dua minggu di rumah sakit, dua minggu itu pula tidak merokok.
Keluar dari rumah sakit saya berpikir, mumpung bisa berhenti baiknya lanjut tidak mencoba rokok sekalipun barang satu isapan.