Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Renungan Ramadan: Paham Arti Bersyukur setelah Kecewa Berat

11 Maret 2024   06:08 Diperbarui: 11 Maret 2024   06:22 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa lalu saya banyak mengalami kekecewaan. Hal-hal tercapai tidak sesuai dengan ekspektasi. Umpama:

  • Ketika bekerja penghasilan rasanya begitu-begitu saja, padahal sudah bekerja keras banting tulang hingga remuk.
  • Saat mulai berbisnis, beberapa kali mengalami kegagalan. Kok ya tidak bisa langsung sukses sih seperti cerita orang-orang?
  • Dan seterusnya.

Kalau diceritakan semua, jangan-jangan artikel ini penuh dengan keluhan. Tak bagus.

Namun ada satu kekecewaan paling dahsyat dialami, yakni ketika sebuah serangan menyebabkan lumpuh separuh badan.

Tambah kecewa, serangan itu menimbulkan penyakit kronis tidak sembuh-sembuh. Butuh waktu lama untuk pemulihan. Itu pun tidak sempurna seperti sebelumnya.

Rasa kecewa berat, marah entah ke siapa, putus asa, terpuruk, terpinggirkan, dan segala ihwal buruk berpilin-pilin di dalam kepala.

Sampai bertahun kemudian --saya lupa persisnya kapan-- terjadi titik balik.

Ibarat tenggelam, begitu menyentuh dasar air badan menjadi ringan lalu melesat menuju permukaan. Bisa bernapas lega.

Begitu menyentuh dasar keterpurukan, tiba-tiba rasa syukur menyergap. Jadi mengerti arti bersyukur.

Bersyukur adalah menghargai karunia dilimpahkan. Ada banyak anugerah diberikan, meliputi: hidup itu sendiri, sehat lahir batin, keluarga, materi (besar kecilnya adalah relatif), pertemanan, dan masih banyak lagi.

Apabila dipikirkan dengan sungguh-sungguh, kita harusnya menikmati segala pemberian yang tidak terhingga. Menikmati, menghayati, dan menghargai adalah wujud syukur.

Bukan bersyukur yang dinyatakan oleh mulut. Syukur dirasakan di dalam hati dan dinikmati dengan ikhlas.

Kesadaran tentang arti bersyukur tumbuh ketika muncul satu pendapat di dalam kepala, seperti ini:

Andai waktu itu serangan stroke mengakibatkan kematian, maka saya tidak pernah sempat menebus kekurangan-kekurangan dalam menyembah Allah SWT.

Tidak sempat memupuk amalan baik. Tidak sempat berbuat baik kepada sesama. Kepada semesta.

Itulah yang membuat saya mengerti arti bersyukur. Menghargai segenap karunia dan nikmat yang telah dikirimkan oleh Allah SWT.

Saya memahami arti bersyukur yang sesungguhnya setelah mengalami kekecewaan dahsyat. Harusnya jangan begitu. Bersyukur diungkapkan setiap saat dalam keadaan apa pun di mana pun.

Semoga Ramadan mendatangkan berkah dari Sang Maha Pemurah bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun