Berapa kali kita menjumpai orang dengan perilaku buang sampah sembarangan?
Orang-orang tidak bertanggung jawab itu melemparkan limbah atau barang tidak terpakai secara serampangan. Ke taman, jalan, sungai, dan sebagainya.
Pelakunya bisa meliputi orang dewasa dan anak-anak. Pria atau wanita.
Mereka tidak terinformasi, tepatnya tidak memperoleh edukasi, bahwa membuang sampah sembarangan dapat merugikan.Â
Pastinya membuat lingkungan jadi kotor, tidak sehat, dan mungkin menjadi sumber penyakit. Dampak lebih jauh, berpotensi membuat selokan mampat, sungai tercemar serta mengalami pendangkalan, menyebabkan banjir, dan seterusnya.
Pelaku yang membuang sampah sembarangan bersifat egois. Tidak memedulikan lingkungan, alam, serta makhluk hidup lain di sekitarnya.
Perilaku membuang sampah sembarangan termasuk hidup tidak selaras dengan alam (mengutip kompas.com).
Perilaku buang sampah sembarangan adalah satu wujud hidup tidak harmonis, antara manusia dan alam tempat tinggalnya
Saya mungkin tidak bisa seperti Siti Umi Hanik di Surabaya. Hanik atau Hanie bersama komunitas Nol Sampah melakukan kampanye, sosialisasi, pendampingan, berperilaku menekan sampah --terutama sampah plastik (kompas.id).
Saya memulai dari diri sendiri, membentuk perilaku peduli lingkungan bersih dengan menekan hasil sampah:
- Membawa tas kain bila berbelanja.
- Selalu membawa kantong keresek saat jalan-jalan. Bisa untuk membungkus sesuatu. Bisa sebagai kantong sampah darurat, jika tidak menjumpai tempat sampah.
- Membawa botol berisi air mineral untuk minum, sehingga tidak perlu membeli air minum dalam kemasan yang menghasilkan sampah gelas/botol plastik.
- Mengajak anak sejak dini dan keluarga terdekat agar membuang sampah pada tempatnya.
- Memilah limbah rumah tangga.
- Mengubur sampah organik di halaman.
Demikian cara sederhana yang saya lakukan, dalam rangka menekan buangan dan tidak buang sampah sembarangan.