Unggahan foto-foto soto di WAG Komunitas Penulis Berbalas (KPB), memantik keinginan menikmati clear soup itu.
Satu Kompasianer anggota grup demikian menggemari soto. Untuk sarapan atau santapan di berbagai kesempatan. Ia beberapa kali menampilkan gambar soto nan membuat jakun saya naik turun.
Setahu saya, di sekitar rumah tidak ada penjual soto Jawa Timuran. Perlu usaha tersendiri untuk mencapai warung soto semacam itu.
Kalau soto santan khas Bogor tidak sulit mencarinya. Penjual soto santan pikulan berkeliling permukiman maupun mangkal di satu sudut.
Kaldu panas soto mengandung rempah menghangatkan, gurih, dan cenderung bening agak kekuningan. Isinya bisa daging sapi atau ayam.
Dulu saya adalah pelanggan depot soto gaya Surabaya di Setiabudi Jakarta Selatan.
Atau soto ceker ala masakan Madura di depan tempat karaoke Jepang di kawasan Melawai Jakarta Selatan, seraya memandang ladies companion nan aduhai. Betapa indah!
Pulang dari apotek seberang Kebun Raya Bogor saya jalan kaki. Jaraknya satu kilometer lebih sedikit. Hitung-hitung olahraga.Â
Rencananya menuju jalan Pengadilan lalu naik angkot sekali untuk sampai rumah.
Melewati jalan kecil samping kantor Telkom, saya melihat penjual soto Madura. Warung kecil itu baru, karena bulan lalu saya tidak melihatnya. Atau mungkin saya melewatkannya.