Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Saking Enaknya, Dine-in dan Takeout Gurame Tausi

2 Januari 2024   07:07 Diperbarui: 2 Januari 2024   07:47 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gurame tausi (dokumen pribadi)

Kening berkerut ketika membaca gurame tausi pada spanduk di satu kedai kecil. Sepertinya saya belum pernah coba. Lantas, tausi itu apa? Bagaimana rasanya?

Jalan Suryakencana Kota Bogor dikenal sebagai Pecinan. Di kiri kanannya berderet toko-toko, yang di belakangnya terdapat permukiman.

Selain dikenal sebagai kawasan perdagangan, Suryakencana menjadi salah satu tempat favorit pemburu kuliner.

Satu pusat kuliner populer adalah daerah sekitar Gang Aut, yang terletak bagian selatan Suryakencana berbatasan dengan jalan Siliwangi. Saya waktu itu tidak berada di sana, tetapi di ujung utara yang lebih dekat dengan pintu masuk Kebun Raya Bogor.

Ceritanya, setelah melihat-lihat pelebaran jembatan Otista (diresmikan Jokowi tanggal 19/12/2023 oleh Presiden Jokowi), tibalah saatnya makan siang.

Meskipun tidak seperti di Gang Aut, di jalan Suryakencana tidak jauh dari Vihara Dhanagun (Hok Tek Bio) ada beragam pilihan tempat makan.

Saya tidak punya preferensi khusus terhadap makanan, karena di dalam kepala hanya ada dua jenis makanan: enak dan enak sekali.

Dengan lenggang saya menyusuri trotoar seraya celingak-celinguk. Satu rumah makan menawarkan masakan gaya Chinese. Menarik! Terbaca ada olahan ayam dan bebek.

Makin dekat terlihat dari balik etalase, di sebelah daging ayam/bebek menggantung juga potongan daging berwarna putih pucat berbentuk persegi sempurna. 

Segera saya mengurungkan niat masuk lebih dalam, lalu mencari alternatif restoran yang pasti-pasti menyediakan hidangan halal.

Bebeberapa toko setelahnya. Satu tempat kecil yang tidak mencirikan restoran masakan Chinese Food, spanduknya menuliskan beragam olahan oriental.

Kkedai kecil jalan Suryakencana (dokumen pribadi)
Kkedai kecil jalan Suryakencana (dokumen pribadi)

Kendati sebelumnya belum pernah melihat keberadaannya, saya tidak ragu-ragu masuk. Perut yang demikian lapar menyuruhnya.

"Gurame tausi itu apa ya? Ikan pake tahu?"

"Ikan gurami goreng dimasak tausi."

"Oh..., ya...ya...ya," saya menganggukkan kepala sambil tetap tidak mengerti.

Ya sudahlah. Pesan gurame masak tausi, cah sawi asin seafood, dan nasi putih.

Kedai itu benar-benar kecil. Sepertinya berasal dari satu toko, yang kemudian dibagi dua atau tiga. Ruangan berukuran kira-kira 8x2,5meter persegi terdiri dari:

  • Tempat memasak bergaya open kitchen dan persiapan bahan di bagian depan.
  • Ruang makan tamu di tengah.
  • Ruang cuci bahan dan kamar mandi di belakang.

Benar-benar sempit.

Ruang dalam kedai kecil (dokumen pribadi)
Ruang dalam kedai kecil (dokumen pribadi)

Ternyata kebanyakan pembeli membawa pulang pesanan (takeout atau take away). Rupanya tamu jarang makan di tempat, kendati ada meja kursi.

Di hadapan tersaji gurame masak tausi, cah sawi asin seafood, dan nasi putih. Di sebelahya tersedia sambal, acar cabai rawit, acar bawang merah, dan kodimen lain khas Chinese Food Restaurant.

Acar bawang, acar cabai rawit, sambal (dokumen pribadi)
Acar bawang, acar cabai rawit, sambal (dokumen pribadi)

Ikan air tawar berdaging tebal diiris sedemikan rupa, dimasak dengan bumbu tausi bersama tahu sutera goreng, dan garnis daun bawang dipotong memanjang. Tampilannya bagus. Sedangkan cah sawi asin ditumis bersama bumbu yang tidak saya perhatikan detilnya saat pengolahan.

Secara keseluruhan, baik olahan ikan dan sayur tercecap sangat pas. Enak. Di rongga mulut tidak tertinggal rasa micin.

Saya memang sedikit sensitif rasa micin. Makanan dibubuhi penyedap buatan berlebih membuat mual. Ditambah, terasa leher kaku dan agak sakit kepala.

Tidak ada efek yang dulu pernah dikenal sebagai Chinese Restaurant Syndrome. Beberapa tahun lalu orang berspekulasi tentang gejala-gejala fisik, yang timbul setelah menyantap monosodium glutamate dalam masakan ala Chinese (Los Angeles Times).

Meskipun koki kedai kecil itu membubuhkan MSG, saya masih dapat menoleransi jumlahnya. Artinya, masakan gurame masak tausi dan cah sawi asin seafood di kedai kecil tersebut selaras dengan ekspektasi.

Ternyata itu rasa enak sekali yang saya terima.

Ada perkara lain yang merupakan "ternyata" berikutnya. Tausi pada masakan gurame tausi bukanlah tahu isi atau isi tahu, tetapi merupakan hasil fermentasi kedelai hitam.

Proses tersebut mengubah kacang kedelai menjadi lembut dan agak kering. Warnanya hitam, terasa lebih ringan dengan aroma tidak setajam tauco.

Tauco sebetulnya juga dibuat dari fermentasi kedelai. Umumnya menggunakan kedelai kuning. Hasil fermentasi direndam dalam garam dan pembumbuan lanjutan (kompas.com).

Warna saus tauco cokelat muda dengan butiran masih utuh. Rasa tauco ada dua macam, asin dan manis.

Kembali ke petualangan rasa di kedai kecil.

Sesungguhnya gurame maupun cah sawi asin seafood disajikan dalam porsi besar. Cukuplah disantap untuk tiga orang dewasa.

Saking enaknya, saya menghabiskan cah sawi asin seafood sampai ke tetes terakhir. Sedangkan gurame masak tausi hanya dimakan sebagian di tempat (dine-in).

Bagian besarnya dibungkus dan dibawa pulang (takeout) agar bisa menikmati kelezatannya di rumah. Lagipula ruang di lambung tidak muat.

Hanya ada satu kata untuk hidangan di kedai kecil itu: memuaskan! Rasa-rasanya lain waktu saya harus kembali untuk mencoba menu berbeda.

Tanya punya tanya, ternyata koki dan pemilik adalah pecahan dari rumah makan legendaris usaha keluarga, yang berlokasi tidak jauh dari kedai kecil itu. Mereka berusaha mandiri, membangun bisnis kuliner dengan kedai kecil di Jalan Suryakencana Kota Bogor.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun