Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Awal 2024 Harga Rokok Naik, Perokok Menyiasati atau Berhenti?

27 Desember 2023   07:07 Diperbarui: 27 Desember 2023   07:10 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berhenti, muncul rasa tidak nyaman, gelisah, merasa terganggu, kesal tidak jelas. Tenang kembali setelah merokok lagi.

Hingga satu ketika saya harus dirawat karena demam dan sakit kepala berhari-hari. Hasil Rontgen mengatakan, ada flek di paru-paru. Dokter spesialis penyakit dalam mengira bahwa saya perokok berat. Dugaan yang tidak keliru.

Sepuluh hari keluar dari rumah sakit, berat badan saya turun delapan kilogram. Makan tidak pernah terasa enak. Selama beberapa waktu saya terus menerus minum obat.

Sejak itulah saya bertekad berhenti merokok. Rasanya campur aduk, namun keinginan kuat lebih dominan. Kira-kira tiga bulan mampu menahan diri tidak merokok.

Hingga tekanan kerja dan lingkungan mempengaruhi. Kehendak mencari pelarian dan teman-teman perokok, membuat saya mencoba rokok untuk pertama kalinya setelah berhenti.

Dari coba-coba, merasakan tidak enak rokok, sampai menjadi perokok lagi membutuhkan waktu tidak lama. Saya menjadi pecandu yang lebih daripada sebelumnya.

Namun tidak terlalu parah dibandingkan perokok sejati. Saya "hanya" menghabiskan dua bungkus rokok sehari. Satu mild, untuk penggunaan cepat, dan sebungkus lagi adalah rokok kretek untuk dikonsumsi dalam keadaan lebih santai.

Gelisah dan gangguan emosional tergantikan oleh perasaan nyaman. Saya menjadi pecandu rokok lagi. Meskipun demikian, saya sangat mengerti bahwa adiksi terhadap rokok amatlah buruk, setidaknya bagi kesehatan saya.

Sesungguhnya pengalaman sebelumnya telah memberikan pelajaran berharga. Namun fenomena "tomat" mengaburkan pandangan tersebut. Hidup tidak sama lagi.

Gelisah jika sebelum tidur di saku tinggal dua atau tiga batang rokok. Maka saya keluar rumah, mencari warung masih buka --betapa pun jauh keberadaannya-- untuk membeli sebungkus rokok, agar tidur bisa nyenyak.

Syukurlah, kerepotan semacam itu berhenti karena saya harus dirawat inap selama dua pekan. Masuk rumah sakit bukan semata-mata akibat merokok. Ada banyak sebab kompleks sehingga satu penyakit kronis menyerang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun