Sayangnya anak muda itu tidak mau bermalam. Ia pulang sore, karena besok pagi sekali ada pekerjaan penting yang memerlukan persiapan.
Baiklah. Pertemuan pertama hari itu sangat menyenangkan. Banyak hal baik yang aku petik sebagai pelajaran.
Persuaan di dunia nyata berlangsung pada tahun lalu. Dan berjumpa untuk kedua kalinya dalam keadaan yang sama sekali berbeda.
Belum lama anak muda itu datang dengan wajah kertas buram kosong belum terisi. Dalam diam membawaku meninggalkan rumah yang muram. Setelah semua usai, ia pergi terburu-buru mengusung kesedihan mendalam.
Sekarang aku berjumpa lagi dengan anak muda itu. Wajahnya tampak sangat bersih. Sumringah melihatku. Tersenyum sambil berjalan seolah melayang dengan gerakan anggun tapi cepat.
Aku menyambut dengan kedua tangan terbuka lebar, "senang berjumpa lagi di sini, anak muda! Di tempat yang sangat mendamaikan."
Anak muda itu tersenyum, "demikian pula saya."
"Tapi kenapa demikian cepat sampai di sini? Seperti belum saatnya?"
"Selesai mengantar bapak ke taman bahagia, segera saya kembali agar tidak perlu merasa pilu lama-lama."
"Lantas, kenapa?"
"Ya begitulah...!"