Oleh karena itu, dari waktu ke waktu saya senantiasa mengingat hal-hal ini:
- Berusaha berpikir terlebih dahulu sebelum berkata, berhubung betapa lebih mudah menggerakkan lidah daripada membangkitkan akal.
- Berujar hanya untuk hal yang diketahui, dialami, dirasakan, dan disetujui oleh akal.
- Sebisa mungkin memilih kata-kata, yang sekiranya tidak menyinggung perasaan orang lain.
- Membuka pikiran sebelum membuka mulut. Salah satu cara, mendengar ujaran siapa saja.
- Belajar meredakan emosi negatif sebelum menggerakkan lidah.
- Dalam banyak kesempatan, sebelum berbicara menimbang-nimbang: apa perlu membicarakannya? Benarkah apa yang akan disampaikan? Apakah baik untuk dikemukakan? Dan seterusnya.
- Jika ruang pengetahuan tidak mencukupi, maka tiba saatnya menambah ilmu. Misalnya dengan cara membaca, belajar, dan sebagainya.
Dengan demikian saya berusaha berpikir saksama sebelum bicara, meskipun itu memberi kesan bagi orang lain bahwa saya pendiam.
Pengalaman buruk di masa lampau, yaitu membuka mulut sebelum membuka pikiran, telah memberi pelajaran cukup. Sangat cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!