Seorang kawan percaya, makanan yang diolah di atas bara kayu bakar terasa lebih lezat dibanding dimasak dengan api kompor.
Satu ketika pada tahun 2017 ia mengajak saya melihat rumah barunya. Di halaman belakang terdapat tumpukan potongan kayu.
Sebelum dibuang, sang kawan akan memanfaatkannya sebagai bahan bakar untuk memasak. Kompor gas ada, tetapi ia ingin merasakan sensasi hidangan yang dimasak di atas api kayu bakar.
Ia sangat terkesan dengan satu rumah makan di jalan Dadi Kusmayad Cibinong, dekat kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Bogor. Semua hidangan diolah di atas tungku kayu bakar.
Katanya, rasa dan aroma berbeda dengan makanan di tempat makan lainnya yang menggunakan kompor gas. Ya sudahlah, ikuti saja kemauannya daripada orangnya ngambek.
Persiapan
Ini pekerjaan menantang. Tungku dari genting disusun sedemikian rupa agar dapat menumpu wajan atau dandang. Kayu ditumpuk dengan celah untuk aliran udara.
Kemudian mulai membuat bara. Serutan kayu diletakkan di antaranya sebagai permulaan menyulut api.
Potongan pipa PVC untuk meniupkan udara demi menjaga api tetap menyala. Begitu seterusnya sehingga kayu keras terbakar.
Bahan Masakan
Didapat dari warung sekitar. Ikan asin japu, pindang tongkol, tempe tahu, petai, kangkung, pucuk daun labu, pucuk daun kacang, mentimun, bahan sambelan (bawang, cabai, tomat, terasi, jeruk limau), dan beras.
Setelah dibersihkan, iris dan potong bahan yang perlu dipotong. Bumbui secukupnya.
Proses Memasak
Berbeda dengan kompor gas yang mudah dinyalakan kembali setelah dimatikan, tungku kayu bakar perlu usaha lebih lama. Proses memasak baiknya dilakukan terus menerus hingga semua bahan matang.
Langkah pertama adalah mengaron beras, lantas mengukusnya dalam dandang hingga pulen.
Setelah nasi dan sarangan (plat saringan) diangkat, bubuhi sejumput garam ke dalam air panas dalam dandang.
Daun kacang, daun labu dimasukkan sampai cukup matang. Kangkung direbus sebentar, berhubung kangkung darat cepat matang.
Kemudian berganti ke kegiatan goreng-menggoreng. Mulai dari tempe, tahu, dan terakhir pindang tongkol.
Setelah matang, tongkol diangkat. Barulah bahan sambelan (cabai, bawang, tomat) dimasukkan. Tunggu sampai layu. Sementara itu terasi dibakar dalam bara.
Semua bahan sambal diulek. Tidak butuk waktu lama, sambal dalam cobek siap disajikan.
Selama proses memasak, ikan asin japu dan petai utuh berikut kulitnya dipanggang di dalam bara api. Dibolak-balik dan jaga agar tidak gosong.
Masakan matang digelar di atas tikar. Nasi hangat, petai bakar, ikan japu bakar, tongkol tempe tahu goreng, sambal cobek, dan sayur rebus siap disantap.
Tidak perlu menunggu aba-aba, kawan satu itu memindahkan nasi ke piringnya. Mengambil sambal, lauk, dan sayur rebus. Tanpa berkata-kata melahap makanan.
Ia mengambil nasi lagi, karena masih ada sambal dan lauk.
Sambal dan lauk habis, lalu mengambil tongkol dan sayur.
Nasi, lauk, sayur masih ada, tapi sambal habis. Lantas ia menarik cobek.
Tidak pernah bisa klop. Nasi habis, ikan asin masih ada. Tambah nasi, ikan asin habis. Nasi dan ikan asin masih ada, sambal habis.
Baru setelah melahap 3 piring nasi hangat beserta kawan-kawannya, kawan satu itu berhenti makan seraya memegangi perutnya.
Ck...ck...ck... Padahal perawakannya biasa saja. Tidak gemuk berlebihan, pun tidak kurus betul.
Boleh jadi, makanan dimasak di atas api kayu bakar menerbitkan aroma asap (smokey flavor) yang menggugah selera. Juga menghasilkan tingkat kematangan pas berkat proses memasak dalam suhu tinggi.
Ah, yang pasti kawan satu itu bergembira (excited) melihat kegiatan memasak menggunakan kayu bakar.Â
Itu membuatnya sangat lapar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H