Ada beberapa media tempat menayangkan karya tulis yang pernah diikuti, namun Kompasiana memberikan pengalaman berbeda.
Secara resmi saya bergabung dengan Kompasiana pada 1 Februari 2011. Menjadi anggota berkat ajakan seorang sahabat, yang mengatakan bahwa di dalamnya bertebaran artikel bagus-bagus.
Ternyata tidak sedikit akademisi, politisi, pakar, dan mungkin pengamat menuliskan gagasan-gagasan di Kompasiana.
Berhubung tidak terbiasa menulis secara bagus atau runut, maka saya menarasikan gagasan secara encer-encer. Kesukaan saya menggubah cerpen. Kadang mencipta puisi. Tidak ada dasar dan kemampuan teoritik yang membuat mereka menjadi bagus.
Waktu itu saya pikir membuat puisi adalah soal mudah. Ternyata tidak. Bagi saya menata diksi indah dan merangkainya dalam tuturan yang sederhana merupakan pekerjaan amat rumit. Sangat sulit.
Makanya, produksi karya tulis pada tahun-tahun awal terlalu sedikit untuk dibanggakan.
Setelah Kompasianival tahun 2011 di FX Sudirman Jakarta, saya lebih aktif dalam sebuah grup Facebook bersama banyak Kompasianer.
Beberapa Kompasianer tersebut yang masih saya ingat, antara lain: Engkong Agil Abd Batati, Inge Ngotjol, Christie Damayanti, Pipiet Senja, Ajeng Leodita, Faizal Assegaf, Andi Syukri Amal, Om Jay (Wijaya Kusumah), Sandra Prasetyo.
Sebetulnya kalau dicari di dalam pertemanan FB, banyak lagi nama-nama yang dapat disebut. Ntar artikel ini isinya nama doang!
Ya. Selain terhubung dengan teman kerja, sekolah, bergaul, Facebook juga menghubungkan saya dengan banyak Kompasianer. Termasuk Kompasianer yang bekerja di Malaysia, Hongkong, Taiwan, dan sebagainya.
Setelah itu, saya lenyap dari dunia kepenulisan yang pada dasarnya bukan minat saya. Sesekali saja aktif di FB, bukan di Kompasiana.
Dunia pekerjaan sangat menyita waktu sampai dengan semua kesibukan berhenti seketika. Serangan penyakit kronis melemahkan segalanya.
Demi mengisi terlampau banyak waktu senggang, tahun 2019 saya membuka kembali akun Kompasiana yang sudah berkarat. Tak bisa dibuka! Ingatan tentang kata kunci sudah luntur.
Memanfaatkan fitur "lupa password", akhirnya saya membuka kembali akun Kompasiana setelah 8 tahun. Ada perbedaan dengan edisi dulu, kini Kompasiana tampak lebih bagus.
Satu hal yang tidak berubah: blog keroyokan ini diisi dengan artikel bagus-bagus. Jadi minder. Juga banyak penulis hebat belum saya kenal.
Tinggal sedikit, sangat sedikit, Kompasianer yang saya ketahui, misalnya Om Jay (maaf, yang lain tidak disebut).
Saya pun mulai aktif menulis apa saja. Cerpen, puisi, pengetahuan dari  pengalaman bekerja, pengamatan terhadap kejadian dalam kehidupan sehari-hari, dan sesekali mengisi kanal serius seperti politik.
Sebagian besar berkisah mengenai hal-hal remeh yang receh. Terpenting mudah dikunyah oleh para pembaca.
Dalam perjalanan saya sempat membuat blog sendiri. Gratisan. Ternyata minat menulis surut dengan cepat, berhubung sepi pembaca. Kalaupun ada, sedikit banget!
Juga membuka kembali akun di sebuah situs forum komunitas maya yang konon terbesar di Indonesia. Beberapa kali menulis, saya harus meninggalkannya. Saya tidak terbiasa dengan sebutan dan peristilahan yang dipakai.
Teman-teman mengajak saya ikut di sebuah blog. Awalnya cuma mengisi konten, lama-lama diminta menjadi admin. Sekarang masih aktif, tetapi sangat jarang mengisi tulisan di sana. Jadi sama aja dengan gak aktif!
Terakhir, seorang teman baik menjadikan saya sebagai kreator konten di sebuah portal. Ternyata tuntutannya lumayan membebani. Bagi saya lho.
Satu hari minimal menulis satu konten. Padahal untuk satu tulisan saya memerlukan waktu penyelesaian sedikitnya dua jam. Itu belum pengendapan, penyuntingan, dan penayangan.
Lalu kapan saya bisa menulis untuk Kompasiana? Untuk blog di mana saya jadi admin? Blog lainnya?
Lagipula ada ketentuan minimal panjang judul, jumlah kata untuk satu konten, dan struktur penulisan. Saya merasa agak "terpenjara" dalam membuat konten di sana.
Oleh karena itu, saya tidak mampu setiap hari membuat konten untuk portal tersebut, kendati sesekali masih mengisinya.
Sempat juga menjajal menayangkan karya tulis di media berbeda, ujung-ujungnya saya kembali menulis di blog keroyokan. Ada rasa bebas (tapi terarah) ketika menulis untuk Kompasiana, dengan memerhatikan syarat dan ketentuan. Ada kesenangan.
Saya akhirnya mengerti, pada dasarnya menulis adalah bersenang-senang. Dan saya bersenang-senang dengan menulis. Itu saya dapatkan di Kompasiana.Â
Bukan bermaksud memuji, ntar besar kepala.
Sebaliknya, Kompasiana kadang membuat saya jengkel. Misalnya, artikel di-take down (kalau tidak salah, sudah tiga kali); atau mendapatkan peringatan karena saya lupa menyebut sumber tepat untuk gambar ilustrasi; atau artikel tidak langsung tayang akibat dikarantina.
Menurut hemat saya, selain hal-hal menyebalkan itu, ada beberapa kelebihan yang saya sukai di Kompasiana:
- Mudah dalam penggunaan (saya biasanya menyalin dari berkas word di komputer atau telepon pintar lalu menempelkannya di kotak tersedia.
- Artikel bisa langsung muncul di beranda profil akun, bila klik tombol Tayang.
- Tidak ada tata cara khusus atau struktur penyajian tertentu dalam penayangan artikel.
- Konten bebas, sepanjang memenuhi syarat dan ketentuan Kompasiana.
- Tidak perlu kurasi atau penyuntingan oleh tim admin.
- Tidak ada ketentuan minimal jumlah penayangan per hari atau per bulan. Tidak menulis pun tidak ada yang memperingatkan.
- Fitur vote dan kolom komentar menjadi sarana komunikasi. Bertukar sapa antar Kompasianer, yang mudah-mudahan akan tetap berlangsung dalam suasana menyenangkan.
- Ada "pancingan" menulis artikel, seperti topik pilihan dan event lomba menulis.
- Menjadi lebih menyenangkan ketika sebuah artikel disematkan "pilihan" dan "headline".
- Apabila rajin dan beruntung, menulis di Kompasiana juga menghasilkan uang. Di antaranya : memperoleh K-Rewards, artikel masuk program infinite, menang lomba, diikut sertakan dalam suatu campaign.
- Dan yang menarik, pertemuan offline. Satu kegiatan penting adalah Kompasianival. Saya baru sekali mengikuti, yaitu pada tahun 2011. Kompasianival 2023 merupakan ajang tahunan pertemuan Kompasianer dengan beragam agenda.Â
Setelah menjelajahi beberapa blog/portal, menurut hemat saya, pengalaman menulis paling menyenangkan adalah di Kompasiana. Sulit tergantikan.
Perjalanan 15 tahun Kompasiana telah membuatnya makin matang. Menjadi blog keroyokan menyenangkan untuk menyalurkan kegiatan menulis.
Bagi saya yang bukan siapa-siapa, menulis adalah bersenang-senang karena bisa bersenang-senang dengan menulis. Tidak ada beban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H