Balik ke sushi. Sudah berabad-abad saya tidak memakan sushi. Terakhir menyantap makanan Jepang paling populer ini ala buffet, di satu hotel mewah di Jakarta Selatan pada tahun 2005. Lama betul, ya?
Sushi adalah makanan khas yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tampak cantik.
Sushi yang saya pilih terdiri dari nasi Jepang dengan bungkus nori (rumput laut kering). Ada 4 gulung.
Varian di sebelahnya adalah nasi Jepang berbentuk lonjong, yang ditutup dengan irisan daging salmon segar. Juga ada 4 buah.
Ya! Segar! Daging salmon yang belum terkena panas alias mentah.
Daging ikan mentah terdengar mengerikan untuk disantap, tetapi jika sudah mencobanya akan merasakan kelezatan dan kesegarannya.
Dengan sumpit di tangan kiri (kanan sedang lemah) saya mencapit sushi. Mecelupnya ke kecap asin dan wasabi. Masuk ke rongga mulut merasakan kelembutan daging salmon mentah yang dingin.
Rasa manis dari nasi bergabung dengan segarnya salmon, gurihnya kecap, dan pedasnya wasabi yang "meledak" di hidung. Sengatan terasa menjalar cepat di dalam rongga tulang-tulang wajah.
Saya mengeluarkan air mata, karena terlalu banyak membubuhkan wasabi ke sushi.
Namun sengatan itu tidak berlangsung lama. Rasa pedas beberapa saat kemudian menghilang.
Berbeda dengan pedasnya cabai rawit, yang masih tertinggal di lidah meskipun kegiatan makan sudah usai.