Seorang pria malang tinggal tulang belulang di perpustakaan kota, tanpa seorang pun sempat menolongnya.
Gelembung lemak, daging dan otot pengisi kerangka, cairan tubuh, otak dan jeroan, serta bagian-bagian lunak di tubuhnya telah digotong semut-semut. Jutaan serangga kecil keluar dari koloninya menyerbu perpustakaan kota.
Pagi sebelumnya seorang pria membawa tubuh usangnya dengan langkah berat ke perpustakaan kota.
Tentu saja tiga atau empat kantong makanan lepas dari mata penjaga berkacamata pantat botol, yang duduk dekat pintu mahoni.
Melewati pintu tercium bau kayu mengusik penciuman. Namun pria pendiam tidak punya teman itu menemukan kelegaan.
Ia menarik napas. Menghirup aroma buku-buku tua. Mata melebar menuju meja favorit di ujung ruangan yang tidak mudah terlihat begitu saja.
Di ruang hening bau kayu tidak terawat penuh buku merupakan tempat paling damai. Menyenangkan bagi pria yang tidak mudah bergaul dengan teman-temannya.
Tempat menenangkan yang memberikan inspirasi, wawasan, dan pengetahuan. Selama siapa pun bercengkerama lama-lama dengan huruf-huruf menari-nari pada lembar-lembar.
Konon, perpustakaan memiliki fungsi luar biasa. Berfaedah untuk pendalaman ilmu, pemberadaban, cari informasi, dan -- ini bagian yang menyenangkan -- hiburan.
Pria tersebut lalu tenggelam dalam buku-buku. Menjelajahi dunia. Menyerap berbagai pengetahuan.