Apabila tidak ada perubahan, pada hari keenam dalam satu minggu biasanya saya jalan kaki di dalam Kota Bogor.
Namun pada Sabtu kemarin melakukan perjalanan hampir 12 jam. Sedikit berjalan kaki, lebih banyak naik angkot melintasi tiga provinsi.
Sebagaimana biasa, saya keluar rumah pukul setengah sepuluh pagi. Berjalan menyusuri gang dan permukiman, tembus di jalan raya. Dari tepi jalan tampak berseliweran angkot 06 jurusan Parung-Bogor.Â
Mendadak terbersit sebuah pikiran nyleneh, "tidak ada salahnya menyusuri kembali the old times."
Setelah memperoleh konfirmasi per telepon dari kerabat di Cirendeu bahwa ia ada di rumah, saya membulatkan tekad. Menghentikan angkot dan pelan-pelan kenangan merambat.
Kantor pertama saya bekerja terletak di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pagi sekali naik angkot 06 ke Parung, disambung dengan angkot 106 jurusan Lebak Bulus. Saya tidak ingat tentang ongkos dan lama waktu tempuh. Sepertinya 2 sampai 2,5 jam.
Turun di Parung naik lagi angkot. Mobil biru nomor rute 106 itu melaju ke Lebak Bulus.
Memasuki Pondok Cabe lalu lintas sangat padat. Dengan gesit sopir membelokkan kendaraannya ke jalan kecil. Mengambil jalan pintas demi menghindari macet.
Bakda lohor tiba di Perumahan Bukit Cireundeu, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Kendati kerap berkomunikasi melalui sambungan telepon, pertemuan langsung dengan sepupu mengalirkan cerita-cerita lebih hangat.
Berbincang mengingat masa lampau, ketika para pendahulu masih ada. Berulangkali didengar, tetapi selalu menghadirkan kenangan indah tiada habisnya.
Tidak terasa jam dinding menunjukkan angka empat. Kami segera berpamitan agar bisa salat Magrib di Kota Bogor.
Obrolan pun berpindah di luar rumah. Seperempat atau setengah jam, saya tidak sempat melihat penunjuk waktu di telepon genggam.
Singkat cerita, sampailah di tepi Jalan Raya Cireundeu menunggu angkot 106. Ternyata tidak banyak melintas angkot menuju Parung.
Sekalinya lewat, terisi penuh penumpang. Di sinilah baru terasa, angkot di Kota Bogor umumnya masih lebih nyaman dengan sedikit penumpang.
Mengamati bahwa 4 atau 5 angkot 106 tampak penuh, saya mengubah strategi. Menyeberangi jalan macet lalu naik angkot biru jurusan Lebak Bulus.
Seperti masa bujangan. Naik angkot dari Bogor ke Parung, lanjut ke Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Bedanya sekarang, mampir terlebih dahulu di Cirendeu. Tempat tinggal sepupu.
Sampai di Lebak Bulus pindah lagi ke angkot 106 jurusan Parung.
Sempat tercengang melihat perubahan-perubahan. Saya tidak mengenali lagi daerah paling selatan dari Jakarta tersebut. Bahkan saya tidak dapat mengindentifikasi letak gedung kantor saya dulu.
Ngetem sebentar di tepi jalan, angkot berisi penuh penumpang langsung melesat. Kembali melewati jalan macet tadi.
Selama perjalanan terdengar dua kali lantunan azan. Tiba di Parung, badan remuk berpindah ke angkot lebih besar, lebih baru dengan lapisan jok masih tebal.
Sampai Kota Bogor, makan kemalaman di restoran yang pertama kali terlihat. Tiba di rumah pukul 21 lewat.
Hampir 5 jam berada di dalam angkot. Menempuh perjalanan Lebak Bulus ke Kota Bogor sekitar 50 kilometer.
Jadi pada hari Sabtu baru lalu, saya menjelajahi Jawa Barat (Kota Bogor, melalui Kabupaten Bogor dan Kota Depok), melintasi Provinsi Banten (Kota Tangerang Selatan), dan sempat mampir di DKI Jakarta (Lebak Bulus, Jakarta Selatan).
Menjelajahi 5 kota/kabupaten di 3 provinsi berbeda, naik angkot nomor 06 dan 106 dalam waktu satu hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H