Dalam istilah berbeda mereka disebut reseller. Mempromosikan dan menjual barang orang lain kepada konsumen. Bedanya, mereka tidak membeli produk dari pemasok atau distributor.
Bos memodali dalam bentuk barang dagangan. Modal dikembalikan setelah barang laku.
Bendera dan pernak-pernik perayaan kemerdekaan yang tidak laku? Ya dikembalikan.
Penjual menawarkan harga kepada konsumen di atas harga dari bos. Selisih itulah yang menjadi penghasilan pedagang tepi jalan itu.
Saldo pengurangan harga jual dengan harga modal digunakan untuk membiayai:
- Sewa tempat satu bulan untuk penggunaan selama setengah bulan.
- Makan sehari-hari.
- Ongkos pergi dan pulang Bogor-Cirebon.
- Rezeki yang dibawa pulang setelah dua pekan merantau.
Setidaknya gambaran tersebut terbayang di dalam benak saya.
Jadi, berapapun hasil dari penjualan umbul-umbul dan bendera merah putih sangatlah bernilai bagi mereka.
Menyadari hal itu, lenyap sudah keinginan menawar harga. Saya menyerahkan sejumlah uang dan menukarnya dengan umbul-umbul yang tadi saya incar.Â
Menurut hemat saya, membeli bendera atau perlengkapan perayaan kemerdekaan di pinggir jalan tidak perlu lagi tawar-menawar harga.
Tidak perlu ditawar-tawar, kendati ada pihak yang berusaha meniupkan perpecahan. Bukankah persatuan dan kesatuan NKRI adalah harga mati?
Eh, nyambung gak sih?