Daun dan bahan organik dimasukkan begitu saja ke dalam lubang. Sesekali diaduk. Biarkan ia lapuk dengan sendirinya.
Satu saat entah berapa lama, karena saya tidak mengingatnya, daun-daun itu menjadi kehitaman. Biasanya digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah di halaman rumah, yang sekiranya tergerus kesuburannya.
Pengolahan lebih serius memerlukan peralatan, bahan, dan kerja ekstra dengan langkah sebagai berikut:
- Beli cairan mikroorganisme pengurai di toko bahan/alat pertanian. Dikenal sebagai effective microorganism 4 (EM4).
- Siapkan drum/tong bekas yang telah dimodifikasi sebagai komposter (tersedia di pasaran atau bisa dibuat sendiri).
- Cacah sampah daun agar lebih mudah terurai oleh jasad renik EM4.
- Buat lapisan tipis dari tanah di dasar komposter.
- Masukkan cacahan daun, lapisi dengan sedikit tanah, masukkan kembali daun. Demikian seterusnya sambil sesekali dipadatkan hingga wadah terisi penuh.
- Tambahkan cairan EM4 yang telah difermentasi. Dibuat dari campuran EM4 20 ml: gula 10 gr gula: air 1 liter dan difermentasi selama 24 jam. Gula berfungsi sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme.
- Tutup wadah. Seminggu sekali dibuka, Diaduk untuk meratakan proses penguraian. Semprotkan air agar bauran tetap lembab.
- Sekitar 6 minggu kompos berwarna kehitaman, tidak berbau, dan ngeprul (mudah hancur).
Kompos siap digunakan atau dikemas untuk dipasarkan. Di lokapasar dijual di kisaran harga Rp18 ribu per 900 gram.
Daripada membakar sampah, yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan konsekuensi hukum, lebih baik mengolah daun guguran dan sisa bahan organik menjadi kompos daun. Bermanfaat menyuburkan tanah pekarangan.
Selain itu, kompos memiliki nilai jual bila dikelola dengan serius. Dengan demikian, bisa dibilang, sampah daun dapat diolah untuk menghasikan uang. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H