Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tak Sengaja Bertemu Penjual Laksa Legendaris yang Pernah Dicari

20 Juni 2023   08:07 Diperbarui: 20 Juni 2023   08:08 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung laksa yang pernah dicari-cari baru ketemu ketika mampir ke bengkel sepeda motor. Tidak sengaja melihat keberadaannya. Bagaimana cerita lengkapnya?

Tentang Laksa

Laksa adalah sejenis makanan berkuah, yang menurut sejarahnya merupakan kuliner peranakan. Sup mi khas China yang kemudian terpengaruh bahan dan bumbu lokal.

Makanan hasil akulturasi itu terdapat di kawasan Asia Tenggara, yaitu Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Masing-masing memiliki ciri khas, dikenal dengan nama:

  • Laksa Siam dengan kuah bersantan kental (creamy) dan sangat pedas.
  • Laksa Assam. Seperti namanya, ke dalam kuah yang tak bersantan ditambahkan asam
  • Laksa Kari kuahnya bersantan dan seperti kari.

Penjelasan lengkap mengenai perbedaan di atas dapat dibaca di sini.

Laksa Bogor

Laksa Bogor tergolong jenis laksa kari. Kuah bersantan berwarna kuning dengan tambahan oncom, yang menjadi satu pembeda dengan laksa lainnya.

Pada tahun 80'an entah sampai tahun berapa, saya lupa, di Kota Bogor laksa bersama soto mi menjadi makanan populer, laksana bakso pada masa kini.

Waktu itu dengan mudah dapat dijumpai pedagang laksa pikulan berkeliling kompleks. Isi semangkuk laksa terdiri dari: ketupat, oncom, tahu, bihun, toge, dan kemangi.

Cukup lama saya tidak menyantap laksa. Kesempatan makan sajian khas Bogor kali ini merupakan ketidaksengajaan.

Laksa Gang Aut

Warung Laksa Gang Aut Mang Wahyu konon sudah ada dari tahun 1960. Ketika itu dijajakan berkeliling menggunakan pikulan.

Beberapa waktu yang sudah lumayan lama, saya sempat mencari-cari lokasi warung laksa legendaris tersebut.

Berhubung keliru orientasi, maka gagal pula saya menemukan keberadaannya. Boleh jadi wisatawan dari Jakarta lebih tahu daripada saya.

Gerai Laksa Gang Aut Mang Wahyu baru terlihat, ketika bertandang ke Bengkel Motor Maksum di Warung Bandrek. Ternyata berjarak kurang dari 200 meter sebelum tempat perbaikan motor jadul itu.

Untuk menyegarkan ingatan tentang bengkel sepeda motor dimaksud, baca juga: Keluarga yang Bertahan Hidup dengan Penghasilan Dobel Gardan

Pada kedatangan kedua ke bengkel, hari  Sabtu lalu, saya baru memerhatikan keberadaan tempat penjual laksa yang sudah lama diincar.

Sepulang dari bengkel saya pun mampir ke warung laksa. Kiosnya kecil, sepertinya kurang leluasa untuk makan di dalam.

Kios Laksa Gang Aut Mang Wahyu (dokumen pribadi)
Kios Laksa Gang Aut Mang Wahyu (dokumen pribadi)

Maka saya menuju kursi meja yang ditata di bawah pohon rindang di seberang jalan. Ke tempat adem itulah saya melabuhkan tubuh.

Saat memesan laksa sejenak melihat sejenak proses peracikan. Mangkuk diisi potongan ketupat, sejumput bihun, toge, suwiran oncom, tahu kuning, kemangi, dan separuh telur rebus.

Uniknya, semua bahan dalam mangkuk disiram dengan kuah kuning panas agar layu, lalu cawan dimiringkan di atas dandang untuk meniriskan kuah. Isian ditahan menggunakan sendok sayur agar tidak ikut tumpah.

Demikian proses "pematangan" berlangsung dua atau tiga kali. Kemudian, barulah kuah ditambahkan ke dalam mangkuk. Maka laksa siap dilahap.

Kuah laksa terbuat dari santan, bahan lain, dan bumbu-bumbu. Berwarna kuning dan telah ditambahkan kelapa parut yang dihaluskan.

Semangkuk Laksa (dokumen pribadi)
Semangkuk Laksa (dokumen pribadi)

Kuahnya gurih dengan sensasi rasa kelapa halus. Sedikit manis, bahkan jika dibandingkan dengan soto santan atau gulai. Saya kira ke dalam kuahnya ditambah gula.

Bagi penggemar makanan berkuah atau soto, rasa manis ini agak di luar ekspektasi.

Hal itu tidak menjadi perkara besar, berhubung saya hanya mengenal dua macam makanan: enak dan enak sekali!

Buktinya isi mangkuk tandas sampai ke titik kuah penghabisan.

Tidak rugi mengeluarkan uang Rp20.000,00 untuk semangkuk laksa yang enak dan sudah lama tidak dicicipi.

Mau jajal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun