Berhubung keliru orientasi, maka gagal pula saya menemukan keberadaannya. Boleh jadi wisatawan dari Jakarta lebih tahu daripada saya.
Gerai Laksa Gang Aut Mang Wahyu baru terlihat, ketika bertandang ke Bengkel Motor Maksum di Warung Bandrek. Ternyata berjarak kurang dari 200 meter sebelum tempat perbaikan motor jadul itu.
Untuk menyegarkan ingatan tentang bengkel sepeda motor dimaksud, baca juga: Keluarga yang Bertahan Hidup dengan Penghasilan Dobel Gardan
Pada kedatangan kedua ke bengkel, hari  Sabtu lalu, saya baru memerhatikan keberadaan tempat penjual laksa yang sudah lama diincar.
Sepulang dari bengkel saya pun mampir ke warung laksa. Kiosnya kecil, sepertinya kurang leluasa untuk makan di dalam.
Maka saya menuju kursi meja yang ditata di bawah pohon rindang di seberang jalan. Ke tempat adem itulah saya melabuhkan tubuh.
Saat memesan laksa sejenak melihat sejenak proses peracikan. Mangkuk diisi potongan ketupat, sejumput bihun, toge, suwiran oncom, tahu kuning, kemangi, dan separuh telur rebus.
Uniknya, semua bahan dalam mangkuk disiram dengan kuah kuning panas agar layu, lalu cawan dimiringkan di atas dandang untuk meniriskan kuah. Isian ditahan menggunakan sendok sayur agar tidak ikut tumpah.
Demikian proses "pematangan" berlangsung dua atau tiga kali. Kemudian, barulah kuah ditambahkan ke dalam mangkuk. Maka laksa siap dilahap.
Kuah laksa terbuat dari santan, bahan lain, dan bumbu-bumbu. Berwarna kuning dan telah ditambahkan kelapa parut yang dihaluskan.