Setelah saya menyampaikan maksud hendak minum jamu, ibu yang ramah menjelaskan. Begini:
Sekarang tinggal tersedia fasilitas Spa Aromatik. Penjualan jamu sudah lama ditiadakan, kecuali ada tamu dari pusat dan pesanan dari rombongan (misalnya, kunjungan anak sekolah).
Artinya, sehari-hari tidak ada lagi penjualan jamu di Griya Jamu.
Ia menyarankan agar saya berkunjung ke kantor sebelah, yang dulu bernama Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro). Di sana ada "rumah jamu" dan kebun tanaman obat.
Baiklah. Dengan semangat empat lima saya berangkat.
Sebagai informasi, area kompleks penelitian segala ihwal terkait pertanian itu telah berdiri sejak zaman Belanda. Berdiri di wilayah yang amat luas.
Lahan sepanjang kurang lebih 1 kilometer menempati posisi kiri kanan jalan Tentara Pelajar (d/h Cimanggu). Dengan perkiraan lebar masing-masing persil 300 meter atau lebih.
Jalan kaki dari Griya Jamu ke rumah jamu bukan 10 meter, tetapi kira-kira 100 sampai 150 meter. Bagusnya, pepohonan melindungi kepala dari paparan sinar matahari.
Rumah Jamu terletak di dalam Kawasan Wisata Ilmiah Tanaman Obat milik eks Balittro.
Di dalam kebun terdapat beragam tanaman obat. Dua papan petunjuk mencantumkan sekitar 50 jenis tanaman berkhasiat. Menurut penglihatan sepintas, kayaknya ada lebih dari itu.