Kumat merokok lagi akibat terpengaruh pergaulan kalangan perokok sejati. Coba-coba membakar sebatang rokok, maka terjerumus lagi ke kawah asap putih.
Terakhir, benar-benar berhenti merokok setelah dirawat inap selama dua pekan akibat terserang penyakit kronis.
Alhasil saya berhenti merokok sebab dihentikan oleh penyakit parah. Kini saya tidak pernah berpikir untuk mencoba rokok barang satu isap. Coba-coba bakar lagi, maka bakal kumat ketergantungan pada rokok.
Dari kisah di atas dapat dipetik pelajaran:
- Jika lebih mendahulukan kesehatan, maka tidak perlu menjadi perokok.
- Jangan pernah mencoba mengisap, bahkan sekali. Rokok jenis apa saja untuk alasan apa pun.
- Apabila terlanjur menjadi perokok dan berniat mengakhiri, maka hentikan seketika. Bukan dengan cara mengurangi atau menganti, termasuk mengalihkan rokok tembakau ke rokok elektrik.
Jadi agar tidak terjerumus menjadi pecandu, jangan sekali-kali mencoba rokok jenis apa pun.
Andai terlanjur kecanduan dan ingin berhenti, maka tetapkan niat kuat untuk stop rokok dengan sekaligus. Tidak ada pilihan lain, bahkan memakai cara mengganti rokok tembakau dengan rokok elektrik yang menurut sahibulhikayat lebih aman.
Demikian pendapat saya yang mantan perokok lumayan berat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H