Cara-cara di atas ditulis berdasarkan pengamatan, pembicaraan, dan interaksi dalam waktu tidak sebentar dengan seorang kawan yang mengalami perceraian. Ditambah sedikit pendapat pribadi.
Sebagai gambaran, setelah lama bercerai kawan tersebut dan mantan istrinya sudah menikah lagi dengan orang lain. Pengalaman hidup membuat mereka bersikap dewasa.
Meskipun tidak sering, mereka saling berkunjung ke rumah keluarga (misalnya di hari raya). Keluarga menerima dengan baik, termasuk pasangan baru masing-masing.
Ajaib? Mungkin bagi sebagian orang.
Mereka menghadapi keadaan setelah perceraian dengan damai. Menyenangkan semua pihak, terutama sang buah hati.
Bersikap no hard feeling. Tidak Egois. Tidak berkeras hati mendahulukan emosi. Lebih mendahulukan kepentingan anak serta masa depan positif.
Dari ikatan perkawinan hingga cerai mantan suami istri tetap berkomunikasi dalam suasana kekerabatan.
Perhatian kepada sang buah hati tidak berubah. Silaturahmi antar keluarga berlangsung akrab. Mereka damai meski telah bercerai.
Namun demikian, jauh lebih baik suami istri tidak menempuh jalur perceraian, kendati gelombang badai di lautan kehidupan seolah hendak memecah bahtera rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H