Lelah berjalan kaki, saya ngadem di sebuah warung. Telah duduk seorang pria bertopi mengenakan hem lengan panjang digulung, celana pantalon, dan bersepatu. Rapi. Bersih.
Wajahnya berseri-seri. Senyumnya mengembang seraya mengangkat secangkir kapucino.
"Mari ngopi!"
Ajakan ramah. Membuat saya memesan kopi hitam setelah menandaskan segelas air mineral. Kemudian perbincangan hangat mengalir begitu saja.
Ia sedang beristirahat di tengah perjalanan keluar masuk permukiman menjajakan tarumpah. Sinonim dengan terompah, tarumpah merupakan alas kaki terbuat dari kulit asli dengan sol dari karet mentah.
Tali kulitnya berfungsi serupa tali sandal jepit. Sebagian memegang kaki. Bagian tengah depan diapit jempol kaki dan salah satu jari kaki.
Tarumpah adalah alas kaki buatan Tasikmalaya. Tersohor sebagai sandal awet dengan kualitas bagus. Kasut buatan tangan dengan jelujur jahitan khas.
Produk jadoel yang mungkin tidak populer di kalangan milenial. Sebaliknya, ia punya penggemar setia. Ridwan Kamil, misalnya.
Pedagan tarumpah, Sudarmo 77 tahun, masih tampak gagah dengan wajah cerah.