Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Bukan Akibat Tonase, Kurangi Spesifikasi Juga Bikin Jalan Rusak

8 Mei 2023   14:08 Diperbarui: 8 Mei 2023   18:35 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai disentil Jokowi ihwal masih banyak jalan rusak di Lampung, Arinal Djunaidi melempar kesalahan kepada masyarakat dan pengusaha.

Menurut Gubernur Lampung, jalan rusak di wilayahnya tak terlepas dari operasional truk perusahaan yang melebihi tonase. Setelah disindir baru bereaksi dengan akan berkoordinasi dengan Polda Lampung menertibkan kendaraan melebihi tonase (sumber).

Kebiasaan buruk. Sudah tahu ada kendaraan over tonase melewati wilayahnya, kenapa dari dulu tidak ditindak? Atau, mengapa tidak dibangun jalan sesuai bobot kendaraan?

Kita lihat, mengenyampingkan keadaan kahar, sedikitnya ada tiga penyebab kerusakan jalan aspal:

  • Air menggenangi permukaan atau menggerus lapisan-lapisan.
  • Volume dan beban kendaraan melebihi kemampuan dukung jalan.
  • Kurang pemeliharaan.

Tiga alasan yang bisa dikendalikan dengan ilmu pengetahuan.

Saya mengamati sekilas keadaan jalan di Kota Bogor, yang terdiri dari ruas jalan nasional, jalan provinsi, jalan kota, dan jalan ligkungan (status jalan dapat dipelajari di sini).

Diketahui, kota yang melingkari Kebun Raya dan Istana Kepresidenan RI dikenal sebagai kota hujan. 

Di jalan-jalan warisan Belanda memiliki konstruksi yang cepat memindahkan air ke drainase tidak mampet. Permukaan jalan tidak mudah terkikis.

Sedang sebagian jalan yang cenderung tergenang atau dialiri air deras ketika turun hujan, ditambah drainase buruk, lapis permukaan hingga lapisan di bawahnya tergerus air. Alhasil jalan lekas rusak.

Maka seperti jalan Merdeka yang tadinya aspal kemudian diperkuat dengan perkerasan kaku (betonisasi). Jalan beton lebih tahan terhadap genangan air dibanding perkerasan lentur (jalan aspal). Juga tahan dilindas kendaraan tonase besar.

Bagian Jalan Merdeka dengan perkerasan kaku/beton (dokumen pribadi)
Bagian Jalan Merdeka dengan perkerasan kaku/beton (dokumen pribadi)

Rasanya jalan di Kota Bogor tidak dilalui kendaraan bertonase besar (seperti truk tronton pengangkut pasir dengan bobot 22-32 ton/truk). Paling besar dan tidak sering lewat adalah truk kontainer 20 feet menuju pabrik ban Goodyear.

Perkara pemeliharaan, pihak penanggung jawab jalan (pemerintah pusat, pemprov, pemkot) kini rutin melakukan perawatan. Dulu sempat salah satu ruas (jalan Pemuda) tidak terpelihara dalam waktu lama, sehingga jalan menjadi bopeng.

Contoh pemeliharaan jalan (dokumen pribadi)
Contoh pemeliharaan jalan (dokumen pribadi)

Nah pengurangan kualitas diduga menjadi penyebab kerusakan jalan. Tidak memenuhi spesifikasi disyaratkan dalam penawaran pekerjaan. Tak terlihat. Rahasia umum yang berlangsung di bawah meja.

Beberapa tahun silam sebelum dibangun underpass, jalan Baru sekitar perlintasan rel selalu rusak. Belum lama dibangun, rusak. Diperbaiki, rusak lagi. Demikian seterusnya. Ternyata kontraktor pelaksana mengurangi kualitas jalan.

Di mana pengurangannya? 

Mengabaikan pekerjaan persiapan dan galian, pembangunan perkerasan lentur (jalan aspal) meliputi empat pekerjaan:

  • Pemadatan Tanah Dasar, menjadi semacam landasan yang mampu mendukung beban lapisan atasnya.
  • Lapisan Fondasi Bawah. Campuran tanah setempat, batu kapur, dan semen. Perkerasan berfungsi mendukung sebaran beban roda kendaraan, sebagai penghalang tanah dasar naik ke lapisan atas, dan lapis pertama yang keras.
  • Lapis Fondasi Atas berisi batu belah, split, dan makadam. Perkerasan berfungsi menahan beban roda kendaraan, yang membentuk lapis permukaan seperti punggung kura-kura (cembung). Diikat dengan lapis resap pengikat (prime coat) dan lapis rekat (tack coat).
  • Lapis Permukaan. Selain sebagai perkerasan tahan beban roda, ia berfungsi sebagai lapisan rapat air sehingga jalan tidak cepat rusak. Sebagai lapisan aus karena dilindas, secara periodik mesti dilapis ulang.

Keterangan di atas disederhanakan untuk tujuan ilustrasi. Informasi detail silakan lihat di situs Kementerian PUPR atau teknik sipil.

Setiap lapisan dan unsur pembentuknya diuji laboratorium untuk memastikan dibuat jalan sesuai spesifikasi. Pemadatan, ketebalan lapis fondasi (bawah bisa sampai 30 cm, atas 20 cm), dan tebal lapis permukaan (hingga 4 cm) berpengaruh terhadap kualitas jalan.

Bisa saja terjadi perkeliruan di antara kontraktor pelaksana, pengawas, bahkan pejabat pembuat komitmen dan pemegang anggaran. Bersekongkol mengurangi ketebalan demi kantong pribadi.

Saya membuat satu permisalan. Tebal lapis permukaan (surface course) menurut spesifikasi adalah 4 cm. Harga per meter persegi Rp190 ribu (tahun 2018 di sebuah proyek di Bandung). Untuk 1 km jalan lebar 5 meter, dibutuhkan 5.000 meter persegi lapis permukaan ekuivalen Rp950 juta.

Jika dan hanya jika tebal lapis permukaan dikurang 1 sentimeter saja, maka "keuntungan" adalah Rp237,5 juta. Bisa beli mobil apa, ya?

Itu baru satu lapis. Kalau tebal lapisan lain dikurangi? Volume pekerjaan pendukung dipangkas? Ngelaba berapa? Silakan dihitung sendiri menggunakan tabel di bawah.

Ilustrasi harga konstruksi jalan aspal (dokumen pribadi)
Ilustrasi harga konstruksi jalan aspal (dokumen pribadi)

Menggiurkan, bukan?

Bagusnya di Kota Bogor pengawasan dan uji mutu jalan berlangsung ketat.

Bila ketebalan permukaan kurang, kontraktor diminta melapis ulang. Sementara biaya lapis ulang tidak hanya terkait biaya material, tapi meliputi biaya mobilisasi dan lain-lain yang jumlahnya tidak sedikit.

Itu kalau cuma mencuri ketebalan lapis permukaan. Terkait pengurangan spefikasi kategori lebih berat, pelaksana bisa masuk bui.

Penutup

Jalan aus bisa karena air. Bisa karena kurang pemeliharaan Bisa sebab bobot kendaraan melintas. Atau kombinasi dari berbagai faktor. Maka kemungkinan itu diatasi dengan ilmu pengetahuan, teknologi, penerapan aturan pemakaian jalan, dan hal-hal dapat dikendalikan.

Misalnya: membuat kontruksi badan jalan lebih cembung; membangun drainase cukup; perkerasan rigid (beton) untuk lintasan kendaraan bertonase besar; pengawasan aparat; rutin memelihara jalan; dan seterusnya.

Namun teknologi tidak berdaya ketika berhadapan dengan persekongkolan manusia pemakan struktur jalan. Dapat diduga, jalan dengan pengurangan mutu setiap saat akan rusak. Menjadi seperti kubangan.

Menurut hemat saya, jalan rusak bukan semata sebab genangan air. Atau drainase tidak bagus. Atau menanggung kelebihan beban di atasnya. Atau kurangnya pemeliharaan. Atau kombinasi dari beragam sebab. Bukan itu.

Penyebab jalan selalu rusak diduga karena pengurangan kualitas pembuatan jalan. Tidak sesuai spesifikasi yang disyaratkan dokumen penawaran. Bahasa lugasnya, ada yang nyolong.

Euleuh, euleuh.... laporan kondisi jalan di Kota Bogor kok jadi melantur. Sudah ah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun