Jalan di sekeliling istana merupakan peninggalan Belanda. Konstruksinya, kata orang sini tonggong kuya (punggung kura-kura), akan mengarahkan air hujan ke tepi. Di sisi atau di bawahnya ada lubang-lubang drainase yang mengalirkan air.
Ada sih di beberapa wilayah jalan tidak cembung, sehingga air cenderung menggenang pada permukaan. Biasanya bukan jalan warisan Belanda.
Juga jalan yang tidak dilengkapi cukup drainase, seperti jalan yang saya lewati Sabtu (6/5/2023) pagi (gambar di atas). Saluran air di satu ujung Jalan Tentara Pelajar malah meluap ketika hujan. Mampet.
Diketahui, genangan air setelah hujan merupakan musuh utama jalan berlapis hotmix. Ditambah jumlah kendaraan yang melewati.
Maka, genangan air dan beban kendaraan membuat jalan aspal lekas hancur. Butuh pemeliharaan.
Kabar baiknya, Pemda Kota Bogor rutin melakukan pemeliharaan jalan kota, yakni menjelang lebaran dan akhir tahun. Kadang overlay (lapis ulang)
Di beberapa titik memang dibuat jalan dengan perkerasan rigid (beton), menimbang tadinya jalan aspal di daerah tersebut kerap terkikis air.
Jadi yang mesti diperhatikan, kontruksi permukaan jalan aspal harus dibuat lebih cembung agar air mengalir ke tepi. Berikutnya, cukup drainase yang mengalir lancar demi menampung air tersebut.
Dengan itu akan makin menyeluruh jalan mulus di Kota Bogor. Â
Satu lagi yang sulit dikendalikan: jalan rusak disebabkan pengurangan mutu. Tidak sesuai spesifikasi disyaratkan. Umurnya menjadi pendek. Cepat hancur.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H