Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Chill & Heal yang Santai, Menenangkan, dan Murah Meriah

28 April 2023   17:05 Diperbarui: 28 April 2023   17:00 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyeberang rel tanpa palang pintu (dokumen pribadi)

Dua sejoli tidak muda tampak bercengkerama di kali Ciliwung. Semilir angin, pemandangan, dan kekasih hati barangkali merupakan cara sederhana untuk chill & heal. Sebenarnya, apa sih makna chill & heal?

Ketika mengelola restoran saya mengenal chiller sebagai mesin penyimpan bahan makanan agar tetap segar. Dalam kesempatan itu juga menjadi tahu chill-out music yang bertempo lambat dan santai. Semacam nada jeda yang diselipkan setelah musik jingkrak-jingkrak seperti trance, techno, light house dan sejenisnya.

Sekarang ada istilah baru bagi saya dari Kompasiana, yaitu "Chill & Heal". Seperti apa pengertiannya?

Makna sesungguhnya dari chill berkenaan dengan gigil yang gemetar, karena demam pun rasa takut. Namun dalam bahasa gaul chilling diartikan bersantai. Sedang healing mengacu kepada proses penyembuhan atau mengembalikan kepada keadaan segar/sehat kembali.

Jadi saya menafsirkan chill & heal sebagai kegiatan santai atau jeda demi mendinginkan dan meredakan ketegangan dalam diri, agar jiwa dan raga menemukan kesegaran.  

Pantas saja istilah chill & heal dilekatkan pada bidang kepariwisataan. Kegiatan menyenangkan dan menenangkan pikiran, dalam rangka menurunkan tingkat stres dengan cara berkunjung dan menikmati keindahan Nusantara.

Pesona Indonesia dengan kekayaan alam, warisan budaya, dan kehidupan sosial akan mudah menarik wisatawan. Ribuan pesona tujuan wisata membuat bangga berwisata di Indonesia.

Tiada habis kisah tentang tempat wisata dan segala fasilitasnya yang memanjakan pengunjungnya. Beragam pula cerita chill & heal ditawarkan oleh kawasan penuh keindahan tersebut.

Saya dulu senang mengunjungi destinasi wisata yang sekiranya terjangkau oleh kesempatan dan kantong. Dulu. Sekarang fisik tidak mendukung untuk melakukan perjalanan jauh (isi dompet tidak menyokong pula).

Raga memang tidak normal setelah sekian tahun lalu terserang penyakit kronis. Jiwa pun sempat meratapi musibah menimpa. Perlu pemulihan.

Fisik mengikuti pengobatan dan terapi medis. Ternyata jiwa juga perlu penyembuhan.

Menyadari kebutuhan itu, perlahan saya mencoba meredam kegelisahan dan pikiran galau dengan cara sederhana: jalan-jalan.

Kecuali puasa Ramadan baru lalu, nyaris setiap pagi berjalan kaki setidaknya dua kilometer keluar rumah. Tujuannya beragam. Semuanya berada di Kota Bogor.

Jelajahi gang sempit melihat dan merasakan kehidupan warga perkampungan. Ke pasar atau pusat perbelanjaan. Ngadem menikmati warna-warni alam di teduhnya pepohonan. Merayakan kegembiraan di antara hamparan sawah menghijau. Melintasi rel tak berpintu.

Menyeberang rel tanpa palang pintu (dokumen pribadi)
Menyeberang rel tanpa palang pintu (dokumen pribadi)

Hamparan sawah (dokumen pribadi)
Hamparan sawah (dokumen pribadi)

Perjalanan yang membangkitkan rasa sejuk. Menenangkan pikiran melihat pemandangan, berkomunikasi dengan warga, dan merasakan geliat kehidupan di perkampungan. Satu hal yang dulunya tidak pernah dilihat.

Jalan-jalan tersebut sudah termasuk menikmati sajian kuliner setempat yang terjangkau harganya. Dari mulai sekadar gorengan, nasi uduk, gado-gado, hingga soto.

Wisata sederhana yang minim biaya, namun menghadirkan inspirasi melimpah. Sebagian tulisan saya di Kompasiana berasal dari itu. Pemandangan berikut juga menghadirkan inspirasi dan memberi keindahan.

Ketika hendak menyeberangi jembatan gantung setelah menyisir tepian Sungai Ciliwung, terlihat sepasang kekasih. Bercengkerama sambil duduk di tepi kali, yang di depannya terlihat aliran air dibendung dengan beton dan bronjong penahan erosi.

Jembatan di atas Sungai Ciliwung (dokumen pribadi)
Jembatan di atas Sungai Ciliwung (dokumen pribadi)

Mungkin mereka warga setempat. Saya tak sempat menanyakannya. Enggan juga merusak suasana romantis.

Betapa meneduhkan melihat keakraban dua manusia. Betapa sejuk mendengar hempasan aliran sungai menampar dinding beton dan batu-batu.

Itu baru secuil kesan didapat dari kegiatan jalan kaki ke berbagai wilayah di Kota Bogor. Kegiatan santai minim biaya yang menyembuhkan, menyehatkan, menyenangkan jiwa dan raga. Chill & heal yang santai, menenangkan, dengan modal murah meriah.

Bangga berwisata di Indonesia dengan sejuta pesonanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun