Fisik mengikuti pengobatan dan terapi medis. Ternyata jiwa juga perlu penyembuhan.
Menyadari kebutuhan itu, perlahan saya mencoba meredam kegelisahan dan pikiran galau dengan cara sederhana: jalan-jalan.
Kecuali puasa Ramadan baru lalu, nyaris setiap pagi berjalan kaki setidaknya dua kilometer keluar rumah. Tujuannya beragam. Semuanya berada di Kota Bogor.
Jelajahi gang sempit melihat dan merasakan kehidupan warga perkampungan. Ke pasar atau pusat perbelanjaan. Ngadem menikmati warna-warni alam di teduhnya pepohonan. Merayakan kegembiraan di antara hamparan sawah menghijau. Melintasi rel tak berpintu.
Perjalanan yang membangkitkan rasa sejuk. Menenangkan pikiran melihat pemandangan, berkomunikasi dengan warga, dan merasakan geliat kehidupan di perkampungan. Satu hal yang dulunya tidak pernah dilihat.
Jalan-jalan tersebut sudah termasuk menikmati sajian kuliner setempat yang terjangkau harganya. Dari mulai sekadar gorengan, nasi uduk, gado-gado, hingga soto.
Wisata sederhana yang minim biaya, namun menghadirkan inspirasi melimpah. Sebagian tulisan saya di Kompasiana berasal dari itu. Pemandangan berikut juga menghadirkan inspirasi dan memberi keindahan.
Ketika hendak menyeberangi jembatan gantung setelah menyisir tepian Sungai Ciliwung, terlihat sepasang kekasih. Bercengkerama sambil duduk di tepi kali, yang di depannya terlihat aliran air dibendung dengan beton dan bronjong penahan erosi.