Wisatawan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial, dan keekonomian setempat. Menghasilkan manfaat ekonomi lebih baik, berperan dalam peningkatan kesejahteraan, menjaga kelestarian alam dan warisan (heritage)Â kultural, bahkan membangun komunikasi menyejukkan dengan warga lokal.
Destinasi Wisata Tebing Keraton
Sembilan tahun lalu saya berkunjung ke Tebing Keraton, Bandung. Bukan sebagai turis, tapi perjalanan dalam rangka bisnis. Mengerjakan proyek pagar pengaman sekeliling dan jalan setapak.
Tebing Keraton adalah tanah menjuru dengan sekitarnya berupa jurang. "Tebing Keraton" disematkan agar menimbulkan kesan mistis. Nama aslinya adalah Puncak Cihargeum, sebuah kampung di Desa Ciburial, Bandung.
Bagian dari Taman Hutan Rakyat Ir. H. Djuanda, yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, menyajikan pemandangan indah. Dari ketinggian kita bisa menyaksikan hijaunya pinus dan pepohonan lainnya, sebagian Bandung, Maribaya, serta Gunung Tangkuban Perahu.
Pada waktu pagi atau sore kabut mengeliling Tebing Keraton. Suasana inilah yang membuatnya viral. Waktu itu, sejak subuh wisatawan berdatangan hendak menikmati suasana "melayang" di atas awan putih.
Pengelola memberikan dua pekerjaan kepada saya. Satu, membuat pagar beton di sekeliling tanah yang berbatasan langsung dengan jurang. Demi keamanan pengunjung. Dua, membangun jalan setapak --aslinya tanah, rumput, dan batu-batu besar-- dari pintu masuk ke tempat menikmati pemandangan alam.
Selama penyelesaian pekerjaan (finishing, lokasi ditutup untuk umum), mau tidak mau saya melihat perilaku wisatawan. Selfie, turun ke area berbahaya yang dilarang oleh pengelola, mematahkan ranting, menginjak tanaman, dan membuang sampah sembarangan. Padahal sudah ada papan larangan dan keranjang sampah.
Sudahlah. Saya hanya mampu mengingatkan. Tidak lebih dari itu. Fokus saya lebih ke pencapaian progress pekerjaan dan mengelola para pekerja agar memerhatikan spesifikasi, keselamatan kerja, dan cara memperlakukan lingkungan.
Sebelum memulai pekerjaan, ada tahap survei awal. Dihadiri oleh pihak pemberi kerja, konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana. Semua pihak berdiskusi, menentukan dan menyepakati batas-batas, ditutup dengan penandatanganan berita acara.
Setelah itu saya melakukan peninjauan. Berbincang santai dengan tokoh dan warga setempat. Beberapa hari, sampai saya mendapatkan informasi dan jaminan resources cukup.