Ada masa, buka puasa dengan makan berlebihan. Ternyata hal itu dapat mengganggu kesehatan lahir batin.
Hari pertama menjalankan ibadah puasa dilewati dengan tidak pergi ke mana-mana, bahkan jalan-jalan di sekitar rumah. Tanggal 1 Ramadan 1444H diisi dengan kegiatan berdiam diri, melantunkan ayat suci, membaca buku yang kemarin belum sempat disentuh, menulis, dan mencari gagasan.
Satu rencana yang batal adalah menengok jajanan yang mestinya sudah digelar di pinggir jalan. Kemarin sore hujan. Diketahui, setiap bulan Ramadan bermunculan pedagang pembuka puasa.
Takjil. Demikian kata orang-orang. Di KBBI daring disebut sebagai kata benda, yaitu makanan (penganan) minuman untuk berbuka puasa; sekaligus sebagai kata kerja, yakni mempercepat atau menyegerakan berbuka puasa.
Para penjual di wilayah Bogor menyediakan aneka takjil berupa: kolak, es buah, kelapa muda, gorengan, mi bihun goreng, cungkring (sate kulit bumbu kacang), cilok (bulatan tepung kanji/tapioka), dan lain-lain. Hidangan istimewa adalah mi glosor, yaitu mi warna kuning cenderung bening terbuat dari tepung  tapioka/aci/singkong.
Saya ingat kelakuan waktu lampau. Sesama kontraktor (penanda tangan Surat Kontrak) berkumpul jelang matahari tenggelam, rencananya membeli takjil dan makanan berat untuk acara buka puasa bersama.
Selepas waktu ashar berkeliling di seputaran Pendopo (Kantor Bupati) di Cibinong, Kabupaten Bogor. Membeli gorengan dan ayam bakar di samping kantor Kodim, es kelapa muda tidak jauh dari kantor PWI, sup ayam Pak Min yang terletak di jalan menuju Stadion Pakansari, terakhir mampir di penjual buah timun suri.
Kalau tidak dibatasi oleh waktu, bisa jadi akan lebih banyak lagi makanan dibeli. Lapar perut memicu lapar mata.
Begitu azan berkumandang, kami segera minum air mineral, makan kurma, mengunyah gorengan plus sambal kacang. Terakhir memilih dawegan/degan atau es timun suri serut sebagai penyegar, sebelum mengambil wudhu.
Usai salat berjamaah duduk di teras. Menikmati kopi dan gorengan sambil mulut mengepulkan asap. Setelah itu menyantap hidangan utama.
Kenyang sekali. Perut serasa mau meledak. Segala makanan pembuka puasa menjejali, kendati tidak semua termakan. Masih tersisa gorengan, minuman, dan makanan lain.
Itu balas dendam tidak pada tempatnya. Makan berlebihan dan menyia-nyiakan makanan tidak disarankan, karena:
- Menyebabkan lambung bekerja keras, memicu rasa mual hingga muntah.
- Pemasukan karbohidrat tinggi sekaligus banyak memacu kenaikan gula darah, menurut pakar kesehatan.
- Sebaliknya, kadar insulin malah jeblok. Satu keadaan membuat badan lemas dan terasa lelah.
- Menimbulkan rasa begah (terlalu kenyang) yang tidak nyaman hingga nyeri di perut.
- Lambung penuh bisa saja menekan diafragma, menyebabkan sesak bahkan GERD (gastroesophageal reflux disease).
- Sebagian makanan tidak termakan hanya akan menjadi limbah dan terbuang sia-sia.
- Menjadi lebih boros akibat membeli makanan minuman melampaui kebutuhan.
- Merupakan wujud dari ketidakmampuan diri menahan nafsu. Bukankah makna berpuasa adalah mengekang hawa nafsu?
Jadi kesehatan akan terganggu akibat makan berlebihan saat buka puasa. Berkaitan dengan bulan Ramadan, makan berlebihan dan membuangnya dapat mengurangi makna ibadah puasa.Â
Sebagai muslim, alangkah elok menghargai makanan dan tidak menyia-nyiakannya. Tidak hanya di bulan buka puasa, tapi di waktu-waktu lainnya.
Mungkin waktu itu saya dan teman-teman mendahulukan rasa ingin dan angan menuntaskan lapar. Merayakan kegembiraan dengan membeli makanan minuman menggugah selera.
Syukur, sekarang mulai belajar mengendalikan diri. Buka puasa dengan air bening, kurma, ubi/pisang rebus atau buah. Makan beratnya adalah santapan sama dengan yang dimakan sehari-hari.Tidak banyak berubah.
Lagipula, kini saya menghindari makan makanan berminyak (gorengan, kolak, dan lainnya), daging merah, tepung, serta minuman terlampau manis.
Mudah-mudahan berbuka puasa dengan makan tidak berlebihan dapat membawa kepada kesehatan lahir batin. Aamiin ya rabbal alamin.
Rujukan: 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H