Sabtu lalu tidak jadi ke pasar. Padat. Lalu menumpang angkot menuju Ekalokasari. Setelah puas window shopping, saya meninggalkan mal itu. Lalu menyeberang jalan menuju Tan Ek Tjoan.
Toko kue dan roti legendaris Kota Bogor. Berdiri sejak tahun 1920 dengan gerai pertama terletak di jalan Perniagaan (sekarang Jalan Suryakencana).
Pendiri yang memang bernama Tan Ek Tjoan belajar cara membuat roti dari orang Belanda. Resep warisan pun tetap dipertahankan oleh pengelola yang merupakan generasi ketiga.
Saya mengetahui Tan Ek Tjoan punya produk roti gambang dengan rasa khas. Tidak hanya roti dan kue, toko yang saat ini berlokasi di jalan Siliwangi Kota Bogor itu terkenal dengan es krim dan kopi racikan jadoel.
Belakangan saya baru tahu kalau toko legendaris itu berfungsi juga sebagai restoran. Menyajikan aneka menu Nusantara, katanya.
Maka tujuan makan siang tercapai, selain membeli roti gambang. Sekalian menjajal olahannya. Maka saya memesan makanan untuk tiga orang. Gurami saus mangga, sambal dadak terasi, pencok kacang panjang, cah kangkung belacan, tempe mendoan, dan tahu goreng.
Sajian gurami saus mangga berupa potongan daging ikan bertepung yang digoreng garing. Disusun membentuk ikan utuh lalu di atasnya disiram saus dimasak dengan mangga muda dan rajangan daun kucai (chinese chives) segar. Â Daun selada bokor sebagai garnish.
Sambal dadak merupakan gerusan cabai rawit warna merah, bawang, dan terasi bakar.
Pencok kacang panjang berisi kacang panjang, tauge, mentimun, kemangi. Semua bahan segar itu dibubuhi gerusan kacang goreng, gula merah, kencur, dan bumbu lain. Di atasnya ditaburi bawang goreng dan kerupuk gado-gado.
Cah kangkung belacan, kangkung ditumis bersama bumbu-bumbu dan belacan (biasanya pakai terasi Medan).
Tahu goreng dari tahu kuning merek Yun Yi nan lembut. Tempe mendoan adalah tempe bertepung yang digoreng  setengah matang. Saus cocolannya berupa kecap dengan irisan bawang merah dan cabai rawit.
Pertama kali, lidah menjelajahi gurami saus mangga. Daging ikan terasa renyah, berbaur dengan manis samar dan kecut saus. Mangga muda dirajang halus.
Sesekali menyantap pencok kacang panjang tanpa nasi, kangkung cah, potongan tempe atau tahu dicocol kecap. Taklupa penyemangat makan siang, yaitu sambal dadak. Sudahkah, pokoknya mantap!
Secara umum olahan di atas sangat menggugah selera. Tidak terasa penyedap tambahan yang amat kuat. Atau mencecap rasa terlalu asin pun terlampau manis. Pas. Inginnya tambah nasi, tapi apa daya lambung tidak muat.
Makanan masih tersisa, kecuali nasi. Maka ikan, sambal, tempe, dan tahu dibungkus untuk dimakan di rumah. Juga membawa pulang roti gambang dan onbykoek (sejenis keik jadul).
Minumnya adalah exotic lemon grass. Dalam juice glass, minuman dengan biji selasih dan es serut tampak berwarna hijau muda bening. Seingat saya, jus batang serai berwarna kuning bening.
Ah, ternyata diberi sirop melon. Makanya jadi hijau. Aroma serainya lenyap. Rasa berbeda dengan harapan. Itu sedikit kritik saya.
Namun demikian, secara umum makanan maupun minuman sangat bisa diterima oleh selera. Lidah menjelajahi rasa enak. Bolehlah disarankan bagi penikmat kuliner sejati.
Dengan ini saya juga berani mengatakan, bahkan orang bule pun akan menyukai cita rasa masakan di Toko atau restoran Tan Ek Tjoan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H