Pertengahan bulan lalu saya menerima pesan melalui WhatsApp dari nomor tidak dikenal. Mengaku bernama Malia (mirip nama teman sekolah), menawarkan lowongan kerja paruh waktu.
Pekerjaan mudah dengan gaji harian Rp200.000 hingga Rp2 juta. Hanya dengan mengeklik tautan dan WA me di nomor sekian sekian. Asyik, kan?
Setelah ditelusuri, nomor pengirim berasal dari India (+91). Sedangkan telepon pada badan pesan adalah nomor domestik (+62). Mencurigakan nih.
Ternyata itu modus peretasan dan penipuan melalui pesan WhatsApp. Dari berbagai sumber, terinformasi ada beberapa modus penipuan, antara lain:
Mengiming-imingi
Penipuan dengan mengatasnamakan perusahaan terkenal. Pengirim meminta pengguna untuk mengetuk tautan tertentu atau menghubungi suatu nomor. Contoh kasus dimaksud adalah pada awal artikel ini.
Tujuannya, dengan mengeklik tautan atau menghubungi nomor disertakan, maka pengirim menguras informasi pribadi (password, rekening mobile, dan lain-lain).
Menyampaikan Informasi Keliru
Pesan semacam ini mengajak pengguna agar menyebarkan berita, kemungkinan besar mengandung informasi palsu, kepada kenalannya yang ada di kontak.
Diperkirakan, pesan tersebut bertujuan menyebarkan informasi keliru yang menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Contoh mutakhir, isu tentang ramainya penculikan anak.
Mencuri Data
Pesan berisi semacam perangkat lunak yang akan mencuri data pribadi, dari mulai daftar nomor kontak, hingga informasi rahasia dari telepon genggam milik pengguna.