Setelah menetapkan konsep, tantangan berikutnya adalah mencari tempat. Lokasi tepat adalah salah satu kunci sukses bisnis kuliner.
Baca juga: Perlukah Merancang Konsep sebelum Membuka Bisnis Kuliner?
Satu ketika yang sudah lama, saya mendampingi seorang teman. Pemilik sebuah restoran di Bali itu ingin memindahkan lokasi usahanya dari Sanur ke sekitar Kuta. Mengingat jangka waktu kontrak tempat hampir habis.
Ternyata mencari lokasi baru yang pas dengan sifat bisnis bukanlah perkara mudah. Perlu waktu tidak sebentar dan diskusi panjang lebar dengan pemilik. Berikut disampaikan pertimbangan dalam menentukan lokasi bisnis kuliner.
1. Kemampuan Keuangan
Menghitung biaya sewa sesuai perkiraan atau proyeksi kemampuan usaha untuk mendatangkan omzet. Termasuk ukuran luas.
Pemilik boleh menghitung beban sewa sebesar 10, 15, bahkan sampai 25 persen dari postur laba-rugi bisnis kuliner. Tidak ada patokan pasti. Tergantung kebijakan masing-masing sesuai konsep dan proyeksi keuangan ditetapkan.
Menurut pengalaman, biaya sewa tempat 17,5 sampai 25 persen dari omzet adalah hitungan moderat.
2. Menghitung Jumlah dan Keadaan Pelintas
Daerah dengan lebih banyak pelintas (pejalan kaki maupun pengguna jalan) berpeluang menghadirkan kunjungan. Pembeli baru yang kemudian dibina menjadi pelanggan. Penanda (signage) mudah dibaca adalah nilai tambah.
Mesti diperhatikan juga keadaan jalan dan kecepatan kendaraan yang melintas. Sisi jalan dengan pelintas pulang dari tempat kerja lebih memiliki potensi, daripada lajur di seberangnya.Â
Berjualan di tepi jalan dengan lalulintas lebih cepat akan kurang menguntungkan, ketimbang ruas dengan arus lambat.
3. Cocokkan dengan Target Pembeli
Konsep bisnis kuliner meliputi jenis makanan minuman, gaya penyajian, suasana termasuk lokasi. Pemilihan tempat akan menyediakan pasar bagi konsep telah ditetapkan.
Misalnya, warung nasi harga menjangkau kantong karyawan akan berada di balik tembok perkantoran. Atau penjual jajanan anak-anak di depan sekolah atau permukiman padat penduduk.
4. Lokasi Mudah Terlihat
Calon pengunjung mudah melihat tempat bisnis kuliner. Dibantu dengan adanya penanda yang terbaca jelas dengan tulisan tegas. Bukan huruf ukir-ukir yang menjadikan pembaca berpikir-pikir.
5. Akses
Jalan menuju lokasi mudah dicapai dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan. Juga terdapat cukup lahan parkir kendaraan.
6. Menilik Usaha Sekitar
Sebisa mungkin hindari bersaing dengan usaha sejenis yang lebih dulu ada. Mungkin bukan perkara besar, namun dengan kondisi kompetisi ketat akan membuat lebih berat upaya merebut perhatian pembeli.
Namun sebaliknya, usaha sekitar kadang memberikan lingkungan bagus bagi bisnis kuliner. Penjual es dan minuman dingin lebih menarik perhatian bila berada di dekat lapangan olahraga. Cuaca panas pula.
7. Regulasi
Tiap wilayah dibagi berdasarkan peruntukannya. Permukiman dengan daerah komersial akan memiliki konsekuensi regulasi masing-masing.
Sampai skala tertentu barangkali usaha makanan minuman di wilayah hunian warga dibolehkan. Daerah diperuntukkan bagi kegiatan komersial tentu saja ideal untuk mendirikan usaha kuliner.
Pelajari ihwal perizinan melalui instansi pemerintah setempat agar kelak tidak menjadi masalah yang merugikan.
8. Informasi Tambahan
Temukan keterangan tentang potensi wilayah sekitar bagi bisnis kuliner. Â Dapat diperoleh dengan ngobrol ngopi bareng warga sekitar. Atau dari mereka yang pernah menjalankan usaha makanan minuman di sana, tapi tidak sukses. Itu dapat menjadi masukan bagus.
Akhirul Kata
Paling tidak dengan 8 pertimbangan tersebut, teman saya memutuskan untuk menyewa tempat di antara Seminyak dan Denpasar. Ia membuka Japanese Restaurant dengan target market terbanyak adalah turis Jepang.
Pertimbangan di atas bukanlah harga mati.Â
Mungkin saja seorang pengusaha kuliner memilih atau memiliki tempat kurang strategis, dipandang dari beberapa hal di atas. Solusinya, ia bisa menambahkan lokasi bisnisnya di Google Maps, berpromosi di medsos, dan memanfaatkan online delivery platform.
Baik juga menimbang untuk berjualan di food court berlokasi bagus. Pusat jajanan merupakan incaran pemburu kuliner. Biasanya pengelola food court melakukan promosi gencar agar banyak pengunjung.Â
Atau berjualan menggunakan food truck di kawasan yang diperuntukkan untuk itu.
Dalam bentuk sederhana, pengusaha kuliner membuka gerai di pinggir jalan raya. Seperti Pak Yana penjual kopi seduh di atas motor. Keuntungan didapat: tidak ada biaya resmi sewa tempat; izin bersifat informal; potensi pasar terbuka; visibel. Kekurangannya: sewaktu-waktu dapat digusur.Â
Demikian pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan lokasi yang disewa untuk menjalankan bisnis kuliner. Moga-moga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H