Lebih menyukai bakso Solo atau Wonogiri, kendati bagi saya aromanya terlalu tajam. Kuahnya pun berminyak. Bakso jenis ini berasa sedap juga.
Bakso bening khas Bogor kemudian tergeser oleh keberadaan bakso Solo/Wonogiri.
Setahu saya, bakso bening ada di Pasar Anyar dan jalan Suryakencana. Saya sudah menjajalnya. Itu dulu, waktu saya masih belum dilarang untuk makan olahan dari daging merah.
Bakso bening di seberang SDN yang berlokasi di depan Pasar Anyar enak banget, kata ibu-ibu muda di atas. Membuat saya penasaran.Â
Lagi pula saya belum pernah mencoba bakso dagangan Mang Jaja barang sekali.
Baiklah. Kesampingkan hasil laboratorium. Lupakan saran dokter tentang saran jaga kadar kolesterol.
***
Di depan mata tersaji semangkuk bakso tanpa penyedap berisi satu pentol besar, enam bola daging kecil, dan sepotong tetelan. Pakai kwetiau (pilihan lain: bihun dan mi kuning), sawi, dan taoge/kecambah. Pada kuah beningnya yang tidak terlalu berminyak ditaburi seledri, dan bawang goreng.
Saya masih terkenang rasa enak saus tomat bakso di Malang, sehingga sekarang tidak pernah menambahkan saus botolan. Demikian juga dengan kecap manis. Ntar jadi kolak.
Kuah menonjolkan aroma kaldu daging yang, kayaknya, tidak diolah dengan bumbu berbau tajam. Maka lebih dulu saya mencicipi sesendok kuah, sebelum menambahkan sambal cabai rawit penggugah selera.Â
Gurih, tidak terlalu berminyak, dan bening.